Showing posts with label cerita travelling. Show all posts
Showing posts with label cerita travelling. Show all posts

Saturday 9 April 2016

Ga Ada yang Gratis, Kencing Aja Bayar

Pernah ga sih kamu denger kalimat begini, ga ada yang gratis di dunia ini, kencing aja bayar. Nah fenomoena kencing aja harus bayar itu ga cuma terjadi di Indonesia lho. Bahkan sampai di beberapa kota di Inggris yang pernah aku kunjungin, Paris, dan juga Brussel, harus bayar kalau mau masuk WC. Bedanya WC umum di luar negeri bener-bener terawat. Ya ga semua WC umum di Indonesia parah sih, ada juga yang terawat dengan baik, terutama yang di mall.

Ngomong-ngomong soal WC umum di mall, beberapa waktu yang lalu aku sempet jalan-jalan ke salah satu mall di dekat stasiun di kota Liverpool, Inggris, mau masuk WC aja juga harus bayar. WC umum di stasiun dan taman-taman umum pun mewajibkan kita bayar. Kisaran harganya beda-beda mulai dari 20 pence hingga 40 pence, bahkan di stasiun Bruxeles Midi di kota Brussels kita harus bayar 50 cent Euro. Hmm coba deh kamu convert ke rupiah (ciaah lagi-lagi convert). Coba murahan mana bayar WC di Indonesia dan di luar negeri? Ambil contoh 50 cent Euro, dengan kurs Rp15.000 per Euro, berarti buat sekedar kencing aja kita harus bayar Rp7500. Bandingin dengan di Indonesia yang maksimal Rp2000. Sekali kencing di Eropa bisa buat kencing 4 kali di Indonesia (detail amat bandinginnya). Bener ga? gitu aja kita masih sering ngeluh, mahal amat kencing Rp2000.

Yang uniknya lagi, hampir di setiap WC umum di UK dan Eropa yang mengharuskan kita bayar, ga ada penjaganya lho. Jadi kita cuma masukin uang koin ke mesin, ntar mesinnya akan membuka pintu otomatis. Kalau ga punya uang receh gimana? Di depan WC umum biasanya disediakan mesin juga buat penukaran uang koin. Mantab kan?

Bayarnya pun harus pake uang pas karena mesin pintu otomatis itu ga akan ngembaliin sisa uangnya. Misalnya tarifnya 30 pence sekali masuk, terus kamu masukin koin 50 pence, maka ama mesin itu akan dianggap sebagai credit alias deposit buat orang di belakangnya. Aku pernah kebelet kencing di suatu taman dan di WC umum deket situ mengharuskan bayar 30 pence. Pas aku ngeliat di pintu masuk sudah ada deposit dari orang yang masuk duluan sebesar 20 pence, wah lumayan banget cuma tinggal nambah 10 pence aja. Jadi ngerasa seperti kencing di Indonesia, cuma bayar Rp2000, hehe.

Intinya sebenernya jangan ngeluh deh kalo misal kita harus bayar sekian rupiah buat masuk ke WC umum di Indonesia. Yang perlu dikeluhkan kalau udah bayar dan toiletnya jorok banget, ga terawat. Buat kamu yang punya usah toilet umum, maksud loh? Iya toilet umum itu usaha yang menurutku menguntungkan lho. Jadi buat kamu yang udah punya atau mau bikin usaha toilet umum di pasar-pasar, taman, atau di mana aja, usahakan selalu bersih dan wangi. Kita juga rela kok buat bayar Rp2000, asalkan toiletnya bersih dan terawat.

Thursday 7 April 2016

Top 10 Most Popular Attractions in London

Liburan ke London mungkin menjadi impianmu sedari kecil. Bagi sebagian orang London menjadi salah satu destinasi utama tujuan wisatanya. London merupakan ibukota Inggris, sebagai salah satu kota besar di daratan Inggris menyimpan banyak sekali tempat wisata yang harus kamu kunjungi. Berikut ini 10 tempat wisata yang paling populer di London.

1. The British Museum
Museum yang terkenal sebagai tempat menyimpan harta karun dari seluruh dunia termasuk Rosetta Stone dan Mumi dari kerajaan Mesir.
Tiket: FREE

2. The National Gallery
Karya seni yang tak ternilai harganya dari berbagai negara di dunia dipajang di museum ini. Hasil karya Monet, da Vinci, Van Gogh dan masih banyak lagi.
Tiket: FREE

3. Natural History Museum
Eksplorasi alam semesta termasuk kerangka dari manusia purba, fosil purba, dan pengetahuan alam lainnya bisa kamu pelajari di sini.
Tiket: FREE

4. Tate Modern
Secara umum bangunan ini lebih dikenal dengan koleksi modern art-nya.
Tiket: FREE

5. London Eye
Dapatkan pengalaman untuk melihat seluruh kota london dari ketinggian London Eye.
Tiket: NOT FREE

6. Science Museum
Ilmu pengetahuan interaktif yang sangat menyenangkan untuk anak-anak dan semua usia. Kamu bisa liburan sambil menambah pengetahuan. Dalam museum ini menampilkan diantaranya pengetahuan mengenai alat-alat transportasi dan sejarah eksplorasi luar angkasa yang pertama hingga terkini.
Tiket: FREE

7. Victoria and Albert Museum
Artefak sejarah yang keren banget, mewah, dan tak ternilai harganya lebih dari 3000 tahun yang lalu dipajang di museum ini mulai dari barang-barang seni, patung, dan pakaian.
Tiket: FREE

8. Tower of London
Bangunan yang sudah berumur lebih dari 900 tahun ini merupakan rumah bagi raja dan para tahanan beratus-ratus tahun lamanya. Di dalam bangunan ini dipamerkan mahkota dan tongkat ratu bertahtakan berlian.
Tiket: NOT FREE

9. Royal Museum Greenwich
Museum ini juga dikenal sebagai museum maritim nasional.
Tiket: FREE

10. Madame Tussauds
Di sini kamu bisa melihat tokoh-tokoh dunia dan tokoh idola kamu dalam bentuk patung lilin. Patung lilin ini sangat mirip dengan aslinya. Museum patung lilin di London ini diantaranya menampilkan patung Ratu Inggris hingga Daniel Craig pemeran James Bond.
Tiket: NOT FREE

Monday 28 March 2016

7 Things To Do in London in One Day

Pernahkah kebayang keliling London dalam waktu satu hari? Kira-kira bisa ga ya? Hmm menurutku jawabannya GA BISA karena banyak banget tempat wisata yang bagus di London. Tapi ga usah khawatir, kalo kamu cuma punya waktu sehari di London, berikut beberapa tempat yang wajib kamu kunjungi.

1. Big Ben
Nama Big Ben mungkin lebih popular ya di telinga kita, tapi nama sebenernya adalah The House of Parlianment. Big Ben menjadi salah satu ikon kota London yang sayang banget untuk dilewatkan buat foto.



2. Tower Bridge
Tower bridge atau sering kita dengar dengan sebutan London Bridge menghubungkan dua sisi kota London yang dipisahkan oleh sungai Thames. Jembatan ini menjadi salah satu ikon London juga. Jika kamu berani, kamu bisa menaiki jembatan ini dan berjalan di atas ketinggian dengan alas kaca.



3. Tower of London
Bangunan bersejarah ini terletak tak jauh dari tower bridge, setelah puas berfoto ria dengan jembatan London, kamu bisa berjalan menuju Tower of London yang di dalamnya menyimpan mahkota bertahtakan berlian milik ratu Ingris.



4. Natural History Museum
Buat kamu yang bosen dengan penampilan museum yang begitu-begitu aja, museum ini akan menyuguhkan sesuatu yang berbeda buat kamu. Dalam museum ini, kamu bisa belajar banyak mengenai fenomena alam, diantaranya bagaimana terjadinya gempa, gunung meletus, kehidupan hewan, proses bertumbuhnya bayi, dan masih banyak lagi.



5. Football Stadium
Di kota London, ada 5 tim yang berlaga di Liga Premier Inggris, diantaranya Arsenal, Chelsea, Tottenham, West Ham, dan Crystal Palace. Tiga stadion yang disebut terakhir terletak agak jauh dari city centre. Kalau kamu punya banyak waktu boleh deh keliling 5 stadion itu, namun demikian karena artikel ini mengasumsikan kamu hanya punya waktu seharian buat keliling kota London, makan direkomendasikan yang dekat dengan city  centre yaitu Emirates Stadium (Arsenal) dan Stamford Bridge (Chelsea).



6. London Eye
Kalau di Indonesia mungkin kita lebih sering menyebutnya biang lala, sejenis permainan yang sering ditemui di pasar malam yang bentuknya bulat seperti roda tegak dan diputar sehingga kita bisa melihat kota London dari ketinggian.


7. Toko Souvenir
Ada dua lokasi berkumpulnya pedagang souvenir yang terkenal di London, Camden Market dan Bayswater. Dua lokasi ini menjual souvenir bernuansa London yang sangat beragam, dijamin kamu bakalan bingung sendiri deh karena bentuknya yang sangat bervariasi dan unik dengan harga mulai dari £1.

Oke welcome to London guys.. Have a nice trip then.

Friday 18 March 2016

Berburu Souvenir London Paling Murah

Kira-kira pesan apa yang diberikan temen sebelum kita berangkat wisata ke suatu tempat? Hmm yak bener banget, "jangan lupa oleh-olehnya ya". Bener ga? Pesan sakti itu selalu terlontar ke telinga kita kalau mereka tau kita akan pergi ke suatu tempat. Emang ga ada salahnya sih ya, kita membawa buah tangan khas dari suatu daerah yang kita kunjungi. Kadang-kadang justru budget untuk membeli oleh-oleh lebih gede dari budget buat akomodasi dan transportasi selama berwisata.

Nah kalo kamu berwisata ke London, kira-kira apa ya oleh-oleh khasnya? Jujur,  aja, ga ada kerajinan atau makanan yang bener-bener khas seperti yang ada di Indonesia. Sebut aja satu kota di Indonesia, Jogja contohnya, gudeg, bakpia, batik, kerajinan anyaman enceng gondok, dan masih banyak lagi. Kita punya banyak pilihan untuk dibawa pulang. Kalo kamu lagi piknik di London terus pengen beliin souvenir buat kerabat di tanah air tapi belom punya ide dan ga punya budget yang berlebih, gausah khawatir. Ada 2 pusat penjualan oleh-oleh yang bisa kamu kunjungi di sini, yaitu Camden Market dan Bayswater. Lokasi bisa kamu googling yah. Di dua lokasi itu berjajar toko-toko souvenir yang menjual berbagai macam pernak-pernik bernuansa London. Aku pake istilah "bernuansa" karena emang ga bisa dibilang khas London juga. Beberapa souvenir yang mungkin bisa menarik perhatianmu diantaranya gantungan kunci, magnet kulkas, tas, kaos, miniatur Bigben, dan masih banyak lagi.

Menurutku, toko-toko di Bayswater sedikit lebih murah dibanding Camden Market, misalnya aja gantungan kunci di Camden market ditawarkan £5 per 6 buah, sedangkan di Bayswater kadang ada yang ngasih 7 atau 8 buah untuk harga yang sama. Kalo emang ga sempet buat mengunjungi dua lokasi itu, hampir di setiap lokasi wisata juga ada kok toko-toko yang ngejual souvenir London, tapi ya tau sendiri harganya mungkin lebih mahal. OK deh, selamat hunting souvenir ya..

Tuesday 8 March 2016

Master Chef London

The power of kepepet, mungkin istilah ini udah sering kamu denger ya. Aku sih pernah baca buku dengan judul yang sama, yang intisarinya kita bisa karena kita dihadapkan pada posisi yang mengharuskan kita bisa. Istilah kepepet sebenernya ga cocok-cocok amat sih ama yang sedang aku alami sekarang. Aku sebenernya punya banyak pilihan untuk bisa bertahan hidup di kota besar seperti London, ga bakal kekurangan makan maupun minum. Permasalahannya adalah tega ga buat keluarin kocek £5-10 sekali makan? Coba kamu konversi ke rupiah (lagi-lagi konversi, hahaha). Lagipula kebanyakan makanan di sini hambar dan ga sesuai selera orang Indonesia. 

Kondisi inilah yang memaksaku untuk bisa membuat makanan yang sesuai seleraku sendiri. 

"Kamu bisa masak?"

Ya klo sekedar masak buat makan sendiri sih rasanya ga kalah ama pemenang master chef junior lah. Belajar dari youtube, internet, dan sisanya nanya ke mama. Bedanya di London, rempah-rempah dan bumbu yang dibutuhkan kadang tidak mudah didapatkan. Jadi harus pintar-pintar mencampur bumbu-bumbu yang kita punya supaya rasanya ga beda jauh dengan yang aslinya.

Bereksperimen dengan bahan-bahan yang ada itu menyenangkan lho. Ini nih beberapa diantara hasil kreasi chef Adi di London.

 Bakso sapi

 Sop Sosis

 Sop Jagung

Bakwan Jagung dan Telor Balado

Telur Kecap

Ayam goreng crispy

Soto ayam

 Ayam goreng tepung saus lemon

Pancake

Tuesday 1 March 2016

Wisata Gratis Keliling Stadion Bola di London


Kalo orang ditanya apa alasan mau sekolah di Inggris, salah satunya mungkin biar bisa nonton bola Premier League langsung di stadionnya. Tapi pernah tau ga berapa harga tiket buat nonton langsung di stadion? Hmm buat kamu pecinta salah satu klub di Liga Inggris mungkin rela membayar berapa pun harga tiket demi nonton idolamu langsung di stadion. Namun buat kamu yang ga ngefans-ngefans banget ama bola, kira-kira rela ga ya ngerogoh kantong penumpang di bis, eh maksudnya ngerogoh kocek sendiri buat nonton bola di stadion.

Harga tiket di Emirates Stadium markas klub The Gunners Arsenal bervariasi antara £31 paling murah hingga £97 per orangnya. Hmm Coba deh dikonversi ke rupiah, hahaha lagi-lagi disuruh konversi. Nah beda lagi dengan di Stamford Bridge markas Chelsea FC. Harga tiket termurah di Stamford Bridge untuk musim 2015/2016 £36 dan paling mahal £87.


Buat kamu yang kebetulan ga suka nonton bola dan cuma pengen foto-foto di dalam stadion, kamu bisa ikut tour stadium sekaligus masuk ke museum sepak bola yang biasanya dijual sepaket. Kamu bisa masuk ke dalam stadion dan merasakan aura stadion meskipun tanpa suara penonton, adanya suara jangkrik krik krik krik... hehehe emang di London ada jangkrik. Oh iya tapi kamu tetap harus bayar lho meskipun ga ada pertandingan bola, namanya juga bisnis, segala sudut kota menjadi tempat bermainnya sinchan eh maksudnya menjadi ladang bisnis buat mereka. Harga tiket di Emirates stadium £20 untuk dewasa dan £10 untuk anak-anak. Kalau di Stamford Bridge ga beda jauh sama Emirates, £19 untuk dewasa dan £13 untuk anak-anak.
 
Mau yang gratisan? Nah kata gratis ini nih yang pasti menarik buat kamu. Iya beneran gratis. Foto-foto aja di luar stadion. Yang penting eksis dan bisa cerita ke temen kalo kamu udah nyampe di Inggris. Selain itu, kamu juga bisa masuk ke toko souvenir yang menjajakan berbagai macam aneka cindera mata khas Klub bola, diantaranya jersey, tas, bola, bolpoin, gelas, gantungan kunci, dan lain-lain. Tapi inget, yang gratis ya cuma buat liat-liat doang. Kalo mau bawa pulang souvenirnya ya bayar lah.

Monday 29 February 2016

Kuliah di London atau Beijing

Kerjarlah ilmu sampai ke negeri Cina, Lha kenapa orang Cina malah ngejar ilmu sampai ke London? Ini beneran lho, hampir 90% mahasiswa master jurusan akuntansi di The University of Liverpool in London adalah mahasiswa berasal dari Tiongkok. Pertama kali upload foto bareng-bareng temen sekelas, komentar yang keluar adalah..... kamu sekolah di Beijing apa London sih Di? hahaha

Bayangan pas kuliah di London kan temen-temennya bule, eh ini kok enggak. Waduh salah masuk kampus deh aku. Selidik punya selidik, ga cuma di kampusku lho yang begini. Hampir sebagian besar kampus di UK, klo jurusannya bisnis, ekonomi, atau akuntansi, mayoritas mahasiswanya ya dari asia timur alias RRT.





Jadi Warga London untuk Sementara

Aku ga pernah berpikir sebelumnya untuk bersekolah ke luar negeri. Aku pun sampai sekarang seperti ga percaya kalo aku kuliah di London. Ya London, ibukota Inggris. Selain aku ga suka yang namanya bahasa asing (bilang aja ga bisa bahasa Inggris hehe), aku juga udah lama banget meninggalkan bangku sekolah. Otakku ini udah ga mau diajak lari alias kaku. Gimana enggak, selama 6 tahun setelah lulus dari kuliah S1, aku sama sekali ga pernah buka buku akuntansi, di kerjaan pun ga kepake tuh ilmu akuntansi, kalopun kepake itu pun jarang banget iya jaraaang banget karena aku berkutat seputar administrasi doang. Bisa bayangin kan gimana galaunya aku waktu itu, tapi mungkin inilah jalan terbaik yang harus aku lalui. Aku mendapatkan kesempatan yang mungkin ga semua orang bisa dapetin. Bersyukur iya, tapi tetap bertanya-tanya dalam hati terus, bener deh kenapa aku bisa ya. Ah sudah lah, lamunan itu ga bisa menjawab pertanyaanku ini. Mungkin hanya dengan menjalani, aku bisa mendapatkan jawabannya. Istriku pernah bilang kita ga akan pernah tau kalo apa yang kita alami ini adalah indah ketika kita belum menjalaninya, kita akan tau semua ini indah ketika kita sudah di depan dan seperti mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kenapa begini kenapa begitu. Aku percaya bahwa apa yang aku terima saat ini adalah hasil dari perbuatanku masa lalu dan aku selalu mempercayai bahwa setiap hal yang aku terima saat ini adalah hasil terbaik bagiku yang harus aku jalani dengan rasa bahagia.

Aku ga punya siapa-siapa di London, bahkan aku ga tau London itu kotanya seperti apa. Aku cuma tau ada Big Ben aja di London, hehe.. Beruntung awal kedatanganku di London, disambut sama ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) London. Beliaulah yang menjemputku di bandara. Sepanjang perjalanan dari bandara naik kereta bawah tanah ke penginapan Wisma Siswa, tempat menginap sementara yang sudah aku booking ketika masih di Indonesia, beliau banyak bercerita kehidupan di London dan cara-cara untuk bertahan hidup di tengah hiruk pikuk kota besar. Makasih banget mbak Dorothy, berkat beliaulah saya ga merasa seperti tarzan masuk kota.

Hari-hari awal di London aku habiskan untuk mencari tempat tinggal permanen. Hampir 2 minggu blom juga dapet flat yang cocok dan sesuai budget. Lebih ke budget sih, hehe, beneran deh, bayar sewa kamar sebuan di London bisa buat bayar sewa apartemen 2BR di Jakarta 6 bulan. Gile benerrr..

Selain harga akomodasi yang selangit, harga makanan di London menurutku juga aje gile. Menurutku sih.. hehe, soalnya kebiasaan makan di warteg cuma abis 10rb dah kenyang banget. Buat sekali makan sederhana di sini bisa menguras kocek 5-6 pounds. Kalo di konversi dengan rupiah saat itu 22rb, hmm 130rb sekali makan, itupun rasanya di bawah standar kesukaanku. Aku terbiasa makan makanan yang spicy, berbumbu tajam dan pedas, di sini makanannya hampir ga ada rasa, banter-banter rasa asin yang samar-samar. 

Ngomong-ngomong soal konversi pound ke rupiah, sampai saat ini aku masih sering ngelakuinnya. Padahal kata temen-temen yang udah lama tinggal di London, jangan ngelakuin itu lagi. Klo kita masih convert mata uang, kita ga akan tega beli makan atau beli apapun di sini. Bagi orang London, harga sandwich 2.5 pound itu udah murah banget, tapi coba deh lo konversi ke rupiah, 50rb lebih kan. us, udah dibilang jangan convert ke rupiah.. hehehe. Anggap aja 1 pound itu 1rb rupiah, kata temenku. Jadi kita ga ngerasa ngeluarin uang banyak pas mau beli apa-apa. Tapi jujur, tetep aja ga bisa, bagaimanapun otak ini otomatis ngebandingin. Contohnya nih, waktu itu aku mau beli sayur bayam, harganya 2 pounds, berarti anggap aja Rp2rb kan? Hmm.. ga bisa, aku tetep ga tega beli bayam seiket Rp40rb, hahaha...

 Parlianment Building atau yang lebih dikenal dengan Jam Big Ben

 Buckingham Palace

 London Bridge



Monday 30 January 2012

Pulang Kampung Ngerayain Imlek 2563

Huh lagi2 ketidakdisiplinanku membuat kemalasan untuk menulis datang menghampiriku. Tapi no problemo, aku akan tetap menulis dengan segala keterbatasanku. Oia mumpung masih dalam suasana imlek aku mau ngucapin Gong Xi Fat Chai, Xi nien Kuai Le, semoga berkah di Tahun Naga Air semakin berlimpah, rejeki lancar dan semua mendapatkan kebahagiaan. Sadhu...

Pagi itu, 21 Januari 2012 aku begitu bersemangat. Pagi-pagi banget aku udah bangun. Biasanya juga bangun pagi-pagi banget sih. Cuma hari ini beda. Bedanya apa? Bedanya hari ini aku akan pulang ke Jogja untuk merayakan imlek bersama keluarga, dan aku masih punya tunggakan cucian yang seabrek. Ih jorok bener ya.

Pagi ini aku berniat untuk menyelesaikan pekerjaan rumah (PR), eh kok PR ya, kyak jaman sekolah aja, PR. Maksudku pekerjaan rumah tangga ga bisa disingkat PRT ntar disangka pembantu rumah tangga. Seperti tradisi orang Tionghoa pada umumnya, sebelum tahun baru imlek harus beberes, bersih-bersih rumah. Segala yang kotor dibersihkan termasuk hati kita juga dibersihkan. Muka juga dibersihkan tuh, haha ga bisa klo itu, udah mentok.

Singkat cerita pagi itu aku sibuk mencuci baju, sambil mesin cuci bergoyang, aku menyapu lantai, sambil sapu bergoyang eh maksudnya sambil pinggul bergoyang, aku mengepel lantai. Meja dirapikan, kertas-kertas yang udah ga terpakai dibuang. Kaca jendela aku lap, ngomong-ngomong soal bersihin kaca jendela, sejak awal aku kos di sini, kira-kira 2 tahun yang lalu, ni kaca baru 2 kali dibersihin. Ini kali kedua kaca ini merasakan usapan kasih sayang dari tanganku. Jorok abiiisss... Tak lupa daun jendela dan daun pintu juga dibersihkan, Klo daun di taman dibersihin sampe lebaran monyet juga ga selesai-selesai. Katanya singkat cerita tp kok melebar terus sih? yauda kira-kira begitulah kesibukanku pagi itu.

Singkat cerita lagi, aku berhasil menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga tadi tepat waktu. Semua sudah bersih tinggal aku sendiri yang belom bersih. Waktu sudah menunjukkan jam 07.00, aku harus segera mandi nih soalnya jam 7.30 aku sudah ditunggu bang jeki, maksudnya tukang ojek di depan kos. Kemarin udah janjian ma dia di tempat biasa. Tempat biasa? Emang dah pernah cerita mangkalnya di mana? Dia biasa mangkal di jalan depan kos, tempat jualan air minum isi ulang. Nah Setelah beres mandi (bener-bener singkat kan? Proses mandinya gimana gausah ditulis ya. Ntar kepengen mandiin kan repot), aku langsung siap-siap ke tempat mangkalnya bang jeki.

Lagi-lagi singkat cerita aku udah dianterin bang jeki ke terminal Rawamangun, aku naik bus Damri menuju Bandara Soetta. Ongkos 20rb lancar sampai bandara terminal 3. Pasti sudah bisa menduga kan aku naik pesawat apa? yups bener banget, Air Asia merupakan armada pilihanku. Kalo ditanya kenapa pilih Air Asia, jawabannya singkat, it's the cheapest one. Turun dari bus Damri perut masih keroncongan. Ngeliat cuma ada resto CFC di sana, tak bisa pindah ke lain hati, pilihanku jatuh padanya. Menu nasi goreng menjadi menu alternatif selain ayam, tapi tetep aja ada ayamnya. Tak selang berapa lama tibalah kakakku dan kakak iparku di terminal 3. Kami memang janjian untuk pulang bareng naik pesawat yang sama.

aku: Udah makan blom kalian?

mereka: Belom

aku: kalian mau makan di mana?

mereka: di dalam ada apa ya?

aku: kyaknya cuma ada J.Co deh

mereka: Yauda makan di sini aja

Mereka pun akhirnya pasrah sambil memesan menu burger CFC sebagai menu sarapan mereka.

Beberapa menit kemudian.
Aku: eh udah hampir jam 10 nih, ayo buruan naik.

Kita Boarding jam 10.00. Setelah melewati metal detector dan membayar airport tax, kami pun naik ke pesawat.

Di dalam pesawat.

kakak: Eh, tadi ada Cie Elis lho

aku: Oo, cie elis anaknya om litek?

kakak: iya

aku: udah nikah ya dia?

kakak: kayaknya udah

aku: nikah ma sapa dia?

kakak: nikah ama suaminya

Kupingku terasa gatel seketika.

aku: yaeyalah nikah ama suaminya masa' nikah ama isterinya. Maksudku suaminya siapa?

kakak: ga kenal

Tiba-tiba perbincangan berhenti sampai di situ.

Sunday 6 March 2011

Kirain Handuk, ternyata...

Hooahh capek banget, pemburuan tiket yang belum mendapatkan hasil. Sesampai di hotel, kami pun langsung merebahkan badan, tulang punggung ama kakiku terasa pegal banget.

"Hoi mandi dulu sana, kotor-kotor kok langsung naik kasur", kata mama.

"siap bos"

Byur..byur..byur... (suaranya kok kayak mandi pake gayung aja, ndeso, padahal mandi pake shower lho)

Seger banget deh abis mandi. Tiduran lagi ah..

Sekarang giliran adikku mandi.

"Hoi sapa yang handukan pake ini?", kata adikku sambil nunjukkin barang bukti.

"Aku, kenapa Na?"

"wakakaka, hihihii, hahahaa", Adikku ga berenti ketawa ngekek (terbahak-bahak).

"Ini keset kenapa buat handukan? Ndeso banget sih"

Mama yang mendengar pun tak kuasa menahan geli. Suara ketawa pun menggelegar di dalam kamar.

"Buset dah, kirain handuk, lha orang ditaruh di gantungan handuk sih"

Saturday 12 February 2011

Memburu Tiket Bus Menuju Genting

Masih di hari yang sama, kami pun sampai di hotel tempat kami menginap, Imperial Hotel. Ini nih tampilan depannya, keren kan? Tak hanya tampilan depannya, di dlamnya pun lumayan bagus. Kok cuma lumayan? Ya daripada lumanyun. Informasi hotel ini aku dapatkan dari seorang teman semasa kuliah di Jogja dulu. Namanya cie evy, dia yang merekomendasikan supaya kami tinggal di hotel ini. Hotel yang paling laris buat wisatawan karena harganya terjangkau dan hotelnya pun bagus.

Setelah beristirahat sebentar di hotel, kami pun bergegas untuk memburu tiket bus tujuan genting untuk besok pagi. Menurut saran teman, sebaiknya membeli tiket untuk pulang-pergi, eh salah, pergi-pulang. Ketika kami bertiga hendak menuju monorail station ada patung berwarna biru, kuning dan silver. Tadi waktu kami pertama sampai kok ga ada ya? cepet banget mindahin patung yang segedhe orang itu. Ooo ternyata mereka adalah sekelompok seniman yang berdandan menyerupai patung. Mereka menetapkan tarif 2RM bila ingin berfoto bersama. Namanya orang Indo (baca: kami) maunya yang gratisan, makanya kami curi-curi foto dari jarak jauh, kayak foto di bawah ini.


Oke saatnya melanjutkan perjalanan menuju stasiun Pudu Raya. Dari monorail station Bukit bintang kami menuju Hangtuah (1,2RM), dari Hang tuah pindah menggunakan LRT ke stasiun Pudu (0,7RM). Sampai di stasiun Pudu kami bertanya pada petugas LRT, di mana kami bisa beli tiket ke Genting.

"Sir, may I get the information, where we can get the bus ticket to Genting?", meskipun bahasa Inggris ga jago yg penting pede aja.

"Sorry, it's not here. You can go to Pudu Raya not Pudu. But it's 5 pm, you can go to Titiwangsa station."

Tiket bus yang di Pudu Raya kemungkinan sudah tutup karena udah kesorean, kami disarankan untuk pergi ke Stasiun Titiwangsa, di sana satu-satunya yang masih buka jam segini.

Naik LRT lagi deh kami ke Titiwangsa. Ketika kami sampai di Titiwangsa dan mau keluar stasiun. Ups, kok ga bisa masuk ya tiketnya. Kami pun didatangi petugas. Ternyata tiket yang kami beli tadi kan tujuan Pudu, tiketnya tidak bisa untuk keluar stasiun lain, kami pun harus membayar lagi ongkos perjalanan dari Pudu ke Titiwangsa. Ya masih untung tidak didenda, cuma disuruh nambah ongkos aja.


Belum selesai sampai di situ ceritanya. Sampai di depan loket bus kami kembali kecewa karena tiket bus tidak bisa beli untuk hari berikutnya. Apalagi jasa bus itu tidak menyediakan tiket cable car. Perusahaan jasa bus yang menyediakan tiket cable car adalah Go Genting yang berada di KL Sentral. Ya gini nih kalo kurang informasi. Kami pun akhirnya memutuskan untuk menyudahi pemburuan tiket dan melanjutkannya besok pagi.

Monorail Pertamaku

Kenyang deh abis makan. Abis kenyang ngantuk. Eits, jangan tidur dulu, perjalanan masih harus dilanjutkan. Untuk mencapai daerah Bukit Bintang tempat hotel kami berada kami tempuh dengan menggunakan monorail. Bukit Bintang bukan diperbukitan lho, itu cuma nama daerah saja. Bukit Bintang merupakan pusat hiburan kota KuaLa Lumpur. Dari KL Sentral kami berjalan menuju stasiun monorail. Stasiun monorailnya ada di depan terminal bus, namun benar apa yang ditulis oleh blog seorang kawan bahwa di depan KL Sentral sedang ada pembangunan gedung, sehingga kami harus berjalan agak memutar untuk mencapai stasiun monorail. Tiket menuju bukit bintang sebesar 2,1RM (2 Ringgit 10 sen). Duit sen masih dihargai lho di sini, 1 Ringgit sama dengan 100 sen. Tiketnya monorail ini berbentuk seperti kartu telepon jaman dulu (yang tipis itu lho). Tiket itu untuk akses masuk ke stasiunnya yang ada di lantai 2, namanya juga monorail, pasti di atas, ga mungkin di bawah tanah. Masukkan tiket ke mesin, ambil kartu kembali, jalan masuk deh satu-satu.

"Kartunya kok diambil lagi?"

"katrok banget deh, kartu itu nanti buat akses keluar stasiun"

Ini kali pertama kami menaiki monorail. Pengalaman baru yang tentunya bisa diceritain ke temen-temen.

"Monorail ada sopirnya ga sih?"

"Sopir? masinis kalee!"

"Oiya.."

Haha, ternyata monorail dikendalikan oleh seorang masinis. Dia mengendalikan buka tutup pintu dan mengatur kecepatan kereta. Dari atas monorail kami bisa mengamati kota KL yang masih banyak terdapat pembangunan gedung-gedung baru.



Stesen berikutnya, Bukit Bintang (orang melayu bilangnya stesen alias station, lidah jowo, hehehe). Siap-siap turun. Pada hari pertama kami menginap di Hotel Imperial. Jarak antara stesen monorail dan hotel tak jauh. Halah tak jauh, biasa juga bilang nggak jauh, makin melekat aja nih bahasa melayunya. Tarif hotelnya lumayan sih, namanya juga peak season alias masa liburan, kesempatan untuk menaikkan harga. Kisaran aja ya, gaenak nyebutnya soalnya. Tarif kamar hotelnya bervariasi antara 150-200RM. Tapi jangan kuatir, di Bukit bintang buuuaaanyak, lebay deh, maksudnya banyak hotel yang bisa dipilih. Satu yang harus diperhatikan adalah kata-kata "ada uang ada barang". Idiom ini sangat berlaku di sini. Cerita berikutnya akan membuktikan kalau idiom itu benar karena kami sempat pindah hotel 3 kali dengan tarif yang beda-beda.



Friday 11 February 2011

Welcome to Kuala Lumpur

"We just landed in LCCT (Low Cost Carrier Transportation), Malaysia, Welcome to Kuala Lumpur, waktu menunjukkan pukul 12.30 waktu setempat, terdapat perbedaan waktu 1 jam lebih cepat dari Jakarta"

"pelawat diharapkan tidak menghidupkan telepon bimbit sebelum pesawat berenti dengan sempurna, bagi pelawat yang memerlukan pengkhidmatan dapat menghubungi awak kabin kami"
Kira-kira begitulah kata-kata si pramugari menyambut ke
datangan kami di KL. Begitu sampai di Malaysia ada kata-kata aneh yang jarang kudeng
ar di Indonesia.

Pelawat = visitor
telepon bimbit = mobile phone
pengkhidmatan = service

dan banyak lagi yang lain yang selama
perjalanan nanti akan coba aku hadirkan di tengah-tengah cerita.

Turun dari pesawat tak lupa untuk berfoto sejenak di depan pesawat yang membawa kami terbang sampai KL. Saking asiknya berfoto-foto malah lupa kalau kami punya bagasi yang harus diambil. Sesampainya di tempat pengambilan bagasi tinggal beberapa tas saja termasuk punya kami yang tersisa. Entah sudah berapa kali tas kami muter-muter di atas conveyor. Untung aja masih sempet ngambil.

Sebelum keluar bandara, kami harus menghadapi loket imigrasi terlebih dahulu. Paspor kami diperiksa kembali oleh petugas, dan dicap tanda kedatangan di Malaysia. Seperti ceritaku sebelumnya, kami ke KL tanpa tour guide sama sekali dan tulisan blog teman-teman adalah guider kami. Salah satu saran dari teman adalah gunakan nomor lokal agar bisa nelpon lebih
murah. Kebetulan di bandara ada counter "celcom" yang merupakan satu jaringan dengan XL kalo di Indonesia. Dengan membayar 20RM (Rp3000/RM) bisa dapat pulsa atau bahasa m
elayunya baki (balance) sebesar 10RM. Ya lumayan mahal juga, kalau di Indonesia SIM card perdana hanya seharga Rp10.000, bahkan ada yang hanya menjualnya Rp1000 sudah dapat pulsa Rp10.000. Kalau beli SIM card sekalian didaftarkan oleh mereka dengan menggunakan paspor kita.

Setelah beristirahat sejenak di bandara, kami segera menuju counter bus yang akan mengantar kami ke kota Kuala Lumpur. Seperti halnya di Jakarta, bila kita dari bandara Soekarno Hatta mau ke kota harus menggunakan jasa bus Damri. Di Malaysia sebenarnya ada 2 bandara yang satu bernama KLIA (Kuala Lumpur International Airlines) dan LCCT (Low Cost Carrier Transportation). Bandara kedua yang kusebut ini merupakan bandara khusus penerbangan yang menggunakan jasa Air Asia. Hebat ya Air Asia sampai punya bandara sendiri. Ada beberapa pilihan bus yang ditawarkan di sana, diantaranya AEROBUS dengan harga tiket 8RM/person, SKYBUS (milik Air Asia) 9RM, atau KLIA Express 12RM.

Karena bingung, kami memutuskan untuk naik SKYBUS aja yang tarifnya di tengah-tengah. Bus ini berangkat sekitar 15 menit sekali. Kebetulan, kok banyak kebetulannya ya, kebetulan ketika kami naik bus, kursi-kursinya masih banyak yang kosong jadi kami masih bisa bebas memilih tempat duduk. Duduklah kami di depan dan pinggir agar bisa menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Tak lama kemudian bus berangkat menuju KL Sentral tujuan akhir bus. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan kebun sawit yang membentang luas hanya beberapa bangunan yang berdiri di pinggir jalan.

Pukul 15.15 sampai juga di terminal bus KL sentral. KL Sentral sendiri merupakan area berkumpulnya segala transportasi umum, mulai dari bus kota, taksi, MRT, LRT, monorail. MRT di Malaysia dikelola oleh beberapa perusahaan swasta (tak melulu harus dikelola pemerintah) diantaranya KTM komuter, Kelana Jaya (Putra) line, dan Rapid KL. Tentunya dari masing-masing pengelola itu telah memiliki trayek sendiri-sendiri yang tak mungkin bersaing secara frontal.

Dari terminal bus, kami bisa saja langsung naik monorail menuju Bukit Bintang tempat kami menginap, namun lagi-lagi berdasarkan catatan blog kawan, di lantai 3 KL sentral ini terdapat foodcourt yang menyediakan masakan khas negeri Jiran, yaitu nasi lemak. Perut udah keroncongan juga, pas banget deh kalau bisa mencicipi nasi lemak. Foodcourt di KL sentral ini bernama Medan Selera. Penjualnya ga ada yang dari Indonesia meskipun namanya Medan. Sepanjang perjalanan ke lantai 3 terdapat banyak penjual berbagai macam asesoris, mulai dari jam tangan, syal, baju, hingga tas. Nah, namanya ibu-ibu, ga jauh-jauh deh matanya kalau ngeliat asesoris-asesoris kayak gitu. Mamaku langsung mampir beli syal, harganya 10RM, ga mahal kan.
Oia malah ngomongin asesoris, nasi lemak tu kayak nasi uduk gitu, tapi rasanya agak sedikit beda, sedikit aja sih, ada rasa rempah-rempahnya di dalam nasinya. Soal lauk bisa milih mulai dari telur, ayam bakar, sampai daging sapi, daging b**i ga ada lho, soalnya kebanyakan penjual nasi lemak di situ adalah orang melayu. Katanya minuman yang khas di sini tu teh tarik. Teh tarik tu kalo di Indonesia namanya teh susu, teh campur susu, harganya di sini 3RM. Kalau mau agak ngirit, di lantai 2 KL Sentral ada mesin-mesin penjual minuman ringan otomatis. Harganya cuma 1RM untuk minuman kaleng, 1RM untuk air mineral 600mL, dan 2RM untuk minuman botol sari buah. Yang unik adalah es cincau hitam dan susu kedelai. Ya, cincau hitam kalau di Indonesia dijual di pinggir jalan pake gerobak, oleh orang Malaysia minuman itu dikemas menggunakan kaleng yang bagus.
Ada alat yang menarik ketika kami melintas di KL Sentral, yaitu alat pembaca garis tangan. Namun sayang, ketika kami akan mencobanya dan sudah memasukkan uang 50 sen, mesin ini tidak berfungsi. Huhu, ilang deh 50 sen.

Air Asia goes to KL

Taggal 4 Februari yang lalu merupakan awal perjalananku ke Kuala Lumpur (KL). Pukul 6.30 kami sudah sampai di Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta. Begitu masuk bandara, kami melakukan check-in terlebih dahulu di counter Air Asia tujuan KL dengan menunjukkan selembar tiket yang sudah kami print sendiri sebelumnya dan paspor tentunya.

"Selamat pagi mas, ini tiket dan paspornya"

"Selamat pagi", sapa petugas dengan ramah.

"maaf pak, ini tidak ada bagasi ya", tanya si petugas.

"Ada mas, ini kami bawa bagasi"

"tapi di tiket blom termasuk, jadi harus bayar lagi"

"lho kemarin sudah diinput kok mas", ucapku penasaran

"Blom ada pak"

Waduh, perasaan kemarin waktu pesan tiket sudah dicentang tuh bagian bagasi. Belum juga mulai berangkat sudah ada masalah gini.

"Ya sudah lah, kami bayar mas. Berapa?"

"untuk 15 Kg pertama Rp120.000, Pak"

Padahal kalau kita pesan lewat internet cuma bayar Rp60.000. Kata Bondan Prakoso "ya sudah lah".

Setelah check-in selesai kami berjalan ke kiri menuju loket pembayaran Airport tax. Pintu keberangkatan luar negeri beda dengan pintu keberangkatan domestik. Biasanya setelah check-in kami berjalan ke kanan, sekarang menuju kiri loket. Airport tax penerbangan international juga beda dengan domestik, kami harus bayar Rp100.000 per tiket. Mahal ga sih?

Jam di tangan masih menunjukkan pukul 07.00. Ketika kami mau memasuki ruang imigrasi, petugas bilang kalau nanti pukul 8.10 baru bisa masuk. Mau ke mana dulu ya? Akhirnya kami memutuskan keluar bandara dulu deh buat ngisi perut. Di sekitar bandara ada warung makan Soto Bebek yang lumayan lah untuk ngisi perut pagi-pagi karena perjalanan nanti menempuh sekitar 2 jam 30 menit.

Pukul 8.10WIB kami semua sudah sampai di bandara lagi. Kami langsung menuju counter imigrasi. Sampai di sana sudah banyak yang mengantri. Kami diberi kartu imigrasi dan disuruh mengisinya. Kartu ini terdiri dari 2 bagian, bagian satu diberikan ke petugas saat keberangkatan dan yang bagian lainnya diberikan lagi saat tiba di dalam negeri lagi. Kira-kira isiannya adalah nama, nomor paspor, tanggal bikin dan expired paspor, nomor pesawat, negara tujuan. Sampai di depan loket petugas memeriksa foto yang ada di paspor dengan orang yang ada di hadapannya sekaligus memeriksa isian kartu imigrasi tadi. Kalau sudah cocok, kami diminta untuk masuk ke ruang tunggu.

Eits tunggu dulu, tas bawaan kita diperiksa lagi menggunakan x-ray. Segala sesuatu yang berbentuk cairan tidak diperkenankan masuk ke ruang tunggu. Air minum , shampo, parfum, dll yang berbahan cair ga boleh masuk pokoknya. Di dekat mesin X-ray ada banyak botol air minum disita petugas. Bagi yang belum tahu ya terpaksa menghabiskan minumannya di tempat atau terpaksa membiarkan petugas menyitanya. Lumayan buat dijual lagi, hehe becanda. Ya paling enggak botol minumnya bisa dikiloin dah.

Ruang tunggu penerbangan international lebih sempit dan terkesan kurang nyaman karena tempat duduk yang disediakan kurang jumlahnya. Banyak calon penumpang yang terpaksa berdiri atau duduk di lantai sembari menunggu pesawatnya tiba.

Pukul 9.10 kami dipersilakan naik ke pesawat. Pramugari penerbangan internasional memang pilihan ya, selain cantik juga cakap dalam kerjanya. Perjalanan 2 jam 30 menit jadi ga terasa deh. Iya ga terasa, tidur melulu sih. hahaha

Thursday 10 February 2011

Gong xie gong xie


Gong xie gong xie, selamat tahun baru imlek kawan-kawan. Tahun ini merupakan tahun kelinci, semoga tahun ini kita mendapatkan kesempatan untuk terus berbuat kebaikan dan mendapatkan kelancaran di segala bidang. Setelah libur lama dalam menulis blog, hari ini aku sempatin (sok sibuk juga ya) untuk menggerakkan jari-jariku di atas keyboard laptopku (haree geenee masih ngetik pake keyboard, jadul ah).

Tulisan kali ini mengenai perjalananku ke KL beberapa hari yang lalu. KL? Iya KL, Kuala Lumpur, Malaysia. Meskipun agak panjang aku berusaha cerita ini bisa tetap menarik. Liburan bersama keluarga pada liburan Imlek tahun ini terasa begitu berbeda karena kami lalui dengan bertamasya bersama. Ini adalah perjalananku ke luar negeri pertama yang kulalui dengan mandiri tanpa tour guide sama sekali. Kali ini di KL kami benar-benar mengandalkan peta Kuala Lumpur dan tulisan-tulisan di blog kawan-kawan yang pernah mengunjungi negeri Jiran sebelumnya. Secara spesial aku juga ingin ngucapin terima kasih pada kawan-kawan yang telah memberikan inspirasi perjalanan kali ini lewat tulisan di blognya.

Friday 28 January 2011

kok nomor kursinya sama?

Masih dalam rangkaian cerita di kereta senja utama Jogja. Tapi kali ini di senja utama jogja jurusan Jogja-Jakarta tanggal 23 Januari 2011 yang lalu. Kali ini aku dapat duduk di tengah, kursi 11B. Setelah barang bawaan aku taruh di bagasi atas, aku duduk dengan santai.

"Permisi pak, bapak tiketnya nomor berapa ya?", tanya seorang wanita muda.

"Nomor 12B" kata seorang Bapak yang duduk di belakangku.

"saya juga 12B", balas si wanita.

"Lho kok sama? saya juga nomornya 12B lho" kata si Bapak agak ngotot.

"Wahm gimana nih kok bisa sama? Tiket Bapak tanggal berapa?"tanya si wanita lagi

"22 Januari 2011"

"itu kemarin pak, hari ini tanggal 23 Januari"

"waduh saya salah beli tiket kalo gitu. Trus gimana nih", kata si Bapak memelas.

Si wanita akhirnya mendapatkan kursi idamannya (lebay), maksudnya mendapatkan hak kursinya.

Ketika ada pemeriksaan tiket si Bapak tampak ketakutan.

"ya sudah Bapak beli tiket dulu di gerbong restorasi", kata pak kondektur.

Meskipun harus beli tiket lagi dan harus duduk di lantai kereta, lagi-lagi pepatah orang jawa, ya masih untung ga disuruh turun di stasiun berikutnya.

Buat para pengguna kereta, perhatikan tanggal yang tercantum di tiketnya ya.

Paling depan belum tentu bagus lho

Cerita ini diawali ketika aku membeli tiket untuk pulang ke Jogja beberapa waktu yang lalu di Stasiun Gambir. Tak terlihat ada antrian panjang di sana. Hanya menunggu 1 calon penumpang, kini saatnya giliranku untuk memesan tiket.

"Senja utama Jogja mbak, hari jumat tanggal 21 Januari, trus baliknya tanggal 23 Januari hari minggu"

"Baik pak, ditunggu sebentar ya"

"minta tolong yang bagian tengah ya"

"wah, yang tengah sudah habis pak, tinggal gerbong 3 nomor 16A"

"ga ada lagi yang lain mbak?"

"iya pak, tinggal satu"

"ya sudah lah kalau begitu, saya ambil"

Tibalah hari Jumat tanggal 21 Januari, aku sudah menunggu di stasiun Jatinegara. Pukul 19.45 kretaku tiba juga dari stasiun pasar senen.

"nah ini dia gerbong 3"

Aku berjalan dari belakang menuju depan. Ternyata kursi 16A ada di depan sendiri di sisi kiri kereta.

waduh, beruntung banget aku. Kursinya mepet banget sama tembok toilet. Ga ada jarak antara lutut dan tembok. Kaki sama sekali ga bisa digerakkan ke mana-mana. Seperti pepatah orang Jawa, masih bersyukur temboknya ga bolong. Bau toilet bisa kemana-mana tuh.

Buat rekan-rekan anker (anak kereta) Jakarta-Jogja. usahakan jangan mau kalau diberi kursi 16A, 16B, 17C, atau 17D karena itu semua kursi yang mepet banget dengan tembok, kecuali terpaksa ga ada pilihan kursi lagi.

Sebenernya bisa saja sih diakali dengan cara punggung kursinya dibalik. Jadinya sepanjang perjalanan kita menghadap belakang, serasa berjalan mundur.

Oh iya, jangan mau juga kalau diberi tiket kursi 17A dan 17B ya. Ssst, kursi itu adanya di toilet alias ga ada kursinya.

Saturday 15 January 2011

Pegawai pajak jadi profesi favorit?

Maraknya pemberitaan mengenai artis of the year 2010, siapa lagi kalau bukan Gayus, membuat dirinya makin terkenal saja bukan hanya di kalangan pegawai kantoran, tukang bajaj pun pasti tau siapa itu Gayus. Ada kejadian unik dalam perjalananku ke kota Cilegon menggunakan jasa bus Bima Suci. Seperti bus-bus pada umumnya, bus ini dilengkapi dengan toserba alias toko serba ada. Ya, para pedagang berbagai macam barang dengan bebas berjualan di atas bus. Nah, kali ini tiba giliran pedagang bolpoin beraksi.

"bolpoin, bolpoin, murah saja satu dus isi 12 cuma Rp5000"

Gimana murah kan? kok malah ikut promosi. hehe, belum tentu lho, siapa tau dari 12 biji yg nyala cuma satu. Sambil meletakkan contoh bolpoinnya di pangkuan para penumpang bus, si bapak terus aja berpromosi.

"Ayo murah-murah, bolpoin buat ponakan biar besok jadi pegawai pajak"

Ups kok pegawai pajak dibawa-bawa. Akhir-akhir ini anggapan orang bahwa bila menjadi pegawai pajak pasti makmur semakin santer terdengar, sampai-sampai si pedagang bolpoin menggunakan profesi pegawai pajak sebagai perumpamaan yang seolah-olah ingin mengatakan bahwa kalau beli bolpoin saya nanti bisa menjadi makmur.

Di tengah-tengah promosinya terdengar celetukan dari penumpang yang iseng.

"jadi pegawai pajak biar bisa korupsi"

Tak kalah berani, si pedagang kembali berkata.

"itu terserah orangnya, mau korupsi terserah, enggak lebih bagus"

Haduh-haduh, ada-ada aja ya. Memang benar kata pak pedagang, profesi apapun memungkinkan kita untuk berkorupsi. Tinggal bagaimana kita bertanggung jawab terhadap profesi yang kita pegang saat ini. Korupsi adalah perbuatan yang melawan hukum. Paling tidak dari kejadian itu kita bisa tahu bahwa saat ini profesi pegawai pajak menjadi salah satu favorit, paling tidak bagi si pedagang bolpoin tentunya.

Wednesday 29 December 2010

Kok ga pada turun ya penumpangnya

Masih cerita mengenai perjalananku ke Jogja tanggal 23 Desember 2010 kemarin. Keretaku dijadwalkan sampai Stasiun Tugu Jogja pukul 05.17, tapi hingga pukul 8 belum juga sampai di tempat tujuan.

"wah kok lama banget ya sampainya"

pukul 8.18 akhirnya sampai juga di stasiun tugu. Aku agak santai untuk keluar kereta karena emang ini stasiun tujuan akhirku.

"sudah sampai Jogja kok orang-orang ga ada yang turun ya?"pikirku dalam hati.

Sambil berjalan keluar kereta aku baru tersadar.

"oh iya ya, aku kan naik senja utama solo"

Mereka masih melanjutkan perjalanan sampai tujuan akhir stasiun Solo Balapan.

Tiketku jatuh ke lubang WC

Perjalananku menuju Jogja malam itu terasa panjang sekali. Ga bisa tidur di kereta. Badan terasa pegal banget. Ini karena paginya sebelum berangkat aku dan beberapa kawan kantor melakukan lari-lari pagi di Taman Tebet. Hasilnya kaki dan badanki jadi pegal deh.

"permisi pak, tiketnya", sapa kondektur kereta memeriksa tiket.

"ini pak", sambil terkantuk-kantuk karena ga bisa tidur aku serahkan tuh tiketnya.

"terima kasih", kata pak kondektur sambil mengembalikan tiket.

Kebelet kencing nih. kencing dulu ah. Biasanya di kereta selalu ada peringatan begini: "gunakan toilet ketika kereta jalan". Peringatan itu bukan tanpa alasan. Lubang toilet di kereta kan langsung dibuang keluar kereta tanpa ada penampungnya.

Tentu saja peringatan itu aku patuhi. Kereta ketika itu berjalan ngebut. Ketika di dalam toilet aku tanpa sengaja menjatuhkan secarik kertas ke lubang WC dan hilang keluar kereta.

"waduh kertas apa ya tadi", pikirku penasaran

"Wah tiketku kabur", pikiranku mulai mengarah ke hal-hal yang membuat aku takut.

"nanti kalau diperiksa lagi gimana ya", rasa takut itu muncul makin jelas.

"ah sudah lah, semoga aja nggak diperiksa lagi, lagi pula belom pernah diperiksa dua kai kok", kataku dalam hati menenangkan.

Sampai di stasiun kutoarjo ketakutanku itu benar-benar terjadi.

"maaf mas, tiketnya", tanya si kondektur

Glek.. gimana nih.

"kemarin kan sudah diperiksa pak, saya lupa taruh di mana", kilahku, sambil pura-pura sibuk mencarinya ke semua kantong. padahal aku dah tau kalu jatuh di toilet. hihihi...

"Ya sudah ga apa-apa mas", kata si kondektur.

Haduh leganya hati ini. untung aja ga disuruh turun atau kena denda.

Buat para anker alias anak kereta, mohon untuk tidak teledor menyimpan tiket kereta, meskipun sudah diperiksa. Kondektur bisa saja memeriksa tiket dua kali seperti cerita saya di atas.