Showing posts with label bikin ketawa. Show all posts
Showing posts with label bikin ketawa. Show all posts

Sunday 8 October 2023

Aku dan Kau suka Denkou

Ting.. sebuah notifikasi WA masuk ke smartphoneku malam itu, 5 Oktober 2023.. Hmm.. ternyata postingan dari seorang teman di salah satu group. Bergegaslah aku membaca postingan yang isinya seperti ini:

Siang tadi udara terik nian, setelah makan di Uni Gadis, yang tak jauh dari kantornya salah satu selebgram kemenkeu, dalam perjalanan balik kantor ada yang jualan es milo..

๐Ÿ‘ฑ๐Ÿฟ‍♀️: Pesen apa bang?
๐Ÿ‘จ๐Ÿฟ‍๐Ÿฆฐ: Es milo snow ya bu, satu! (Gw ngucap SNOW nya jadi SNO)
๐Ÿ‘ฑ๐Ÿฟ‍♀️: Es apa bang? (sambil pasang muka budeg)
๐Ÿ‘จ๐Ÿฟ‍๐Ÿฆฐ: Es Milo Snow, bu Satu yaa! (Gw ucap SNO lagi)
๐Ÿ‘ฑ๐Ÿฟ‍♀️: Ooooh es Milo SNAAAW! Saya ga mudeng,  abangnya SNA SNO SNA SNO dari tadi.. (sambil pasang senyum ngejek)

Gw mendadak kebingungan.. jangan2 emang gw yg salah ๐Ÿ˜ฅlangsung insekur.. sambil kutungguin tuh mamak2 bikin es milo, gw buka Kamusku, Google Translate, sampe Miriam Webster.


Wahidin Raya, 5 Oktober 2023.

Postingan itu seolah mengingatkanku mengenai kesalahan pronounciation yang kulakukan tujuh tahun lalu tepatnya di 2016 ketika aku ingin memberikan kenang-kenangan kepada security di kampusku di London. Waktu itu aku membawa gantungan kunci berbentuk wayang yang terbuat dari bahan kulit sapi.

"Hi Mam, it is a souvenir originally from Indonesia for you, we call it wayang", kataku sambil nyerahin tuh gantungan kunci.

"oo nice.. what is it made from?" tanyanya sambil tersenyum senang bak mendapatkan lotre £1000.

Dengan pede kujawab "Cowhide" aku ngucap "COW" dengan pronounciation "KOU"

"What? What is KOU?"

"KOU is an animal which produces milk, moo" kilahku sambil menirukan suara sapi melenguh dan mengangkat kedua tanganku di atas kepala seolah tanduk sapi.

"Oh yea.. COW (bacanya KAU)"

"Yes yes KAU"

Jadi ingat iklan susu jaman kecil, anak 90an pasti relate dengan iklan ini.

"Aku dan kau suka Dancow" anak-anak dijamanku bianya nyayiinnya begini "aku dan kau suka denkou.." Kalian juga pronounce dancow dengan denkou ga? ngaku..

Aku besar dan tumbuh di lingkungan Jawa, aku dan teman-teman sepermainanku kala itu juga pastinya punya logat (accent) yang sangat khas Jogja. Istilah-istilah sepak bola seperti "CORNER", tendangan yang dihadiahkan kepada lawan yang dilakukan dari ujung lapangan, sering kali kami sebut dengan "CORNEL". Lalu HANDS BALL, kesalahan yang dilakukan pemain karena menyentuh bola dengan tangan, sering kali kami sebut dengan "HENG" ya heng. Siapa yang relate dengan istilah CORNEL dan HENG? hahaha

Sunday 6 March 2011

Kirain Handuk, ternyata...

Hooahh capek banget, pemburuan tiket yang belum mendapatkan hasil. Sesampai di hotel, kami pun langsung merebahkan badan, tulang punggung ama kakiku terasa pegal banget.

"Hoi mandi dulu sana, kotor-kotor kok langsung naik kasur", kata mama.

"siap bos"

Byur..byur..byur... (suaranya kok kayak mandi pake gayung aja, ndeso, padahal mandi pake shower lho)

Seger banget deh abis mandi. Tiduran lagi ah..

Sekarang giliran adikku mandi.

"Hoi sapa yang handukan pake ini?", kata adikku sambil nunjukkin barang bukti.

"Aku, kenapa Na?"

"wakakaka, hihihii, hahahaa", Adikku ga berenti ketawa ngekek (terbahak-bahak).

"Ini keset kenapa buat handukan? Ndeso banget sih"

Mama yang mendengar pun tak kuasa menahan geli. Suara ketawa pun menggelegar di dalam kamar.

"Buset dah, kirain handuk, lha orang ditaruh di gantungan handuk sih"

Tuesday 11 January 2011

Salah gembok motor orang

Cerita ini bukan karanganku sendiri, melainkan cerita dari seorang teman, sebut saja Jake (bukan nama samaran), saat kami makan bersama di sebuah warung sate. Dia punya teman yang mengalami "kesialan", sebut saja Dedi (bukan nama sebenarnya).

Pagi itu Dedi sampai di kantor dengan buru-buru. Jam di tangannya sudah menunjuk pukul 7.28, artinya Dedi hanya punya waktu 2 menit untuk meletakkan jarinya di alat absensi finger print sebelum dinyatakan terlambat masuk kantor. Dalam kondisi yang terburu-buru itu si Dedi memarkirkan motornya di tempat parkir sekaligus memasang gembok cakram.

Waktu berjalan terus hingga waktunya pulang kantor tiba. Di parkiran terlihat seseorang yang kebingungan membuka gembok cakram di motornya. Kebetulan motor si Dedi berada persis di sebelah si pemilik motor yang tidak bisa membuka gembok cakramnya, sebut saja Budi (bukan nama yang sebenar-benarnya).

"kenapa mas? rusak ya kuncinya?", tanya si Dedi pada si Budi dengan ramah.

"iya mas, ga tau nih ada yang iseng maen gembok motor orang"

"Oalah iseng banget tuh orang", sahut Dedi dengan tampang polos yang masih merasa tak bersalah sama sekali.

"Awas aja tuh orang kalo sampe ketemu", ujar si Budi geram.

"Lho kok motorku ga digembok ya? perasaan tadi pagi aku gembok deh", pikir Dedi dalam hati.

Hehehe, sudah tau kan siapa pelakunya? Ya, karena buru-buru ngejar absen, si Dedi ga sadar kalau yang digembok itu bukan motor miliknya, melainkan motor yang parkir di sebelahnya. Mendingan kabur aja deh Ded daripada digebukin ma tu orang. kabuuurrrr...ngaciiirrr...

wanda dan ola

Yudi: eh siapa sih putri indonesia tahun 2009 kemarin?

Jake: wanda

Yudi: Wanda? Wanda Hamidah?

Jake: wanda.....wa nda tau aku

Yudi: #@%$%

Jake: (ketawa puas) eh baytheway busway, artis yang digosipin ama si Anang tu sapa namanya ya?

Yudi: ola

Jake: Ola? Ola Ramlan?

Yudi: ola.....o la ga tau aku

Jake: %$#@

Yudi: (ketawa lebih puas) kena juga lo

NB: Perhatian! cerita ini semata-mata hanya untuk hiburan semata, bila ada kesamaan nama dan peristiwa bukan karena tidak disengaja. special thank's to my partner and my boss, you are my inspiration.

Tuesday 28 December 2010

Ojekku atau bukan ya

Tanggal 23 Desember 2010 pukul 16.00 di kantor.

"mbak ari, aku minta tolong pesenin ojek ya buat ntar malam j19.30 ke Jatinegara"

"oke, nanti sama mas Rian ya"

"oke mbak, makasih ya"

Kira-kira begitulah bunyi smsku sama mbak ari, penjaga kosku yang selalu setia bila ada anak kos meminta bantuan, buat manggilin ojek langganan. Aku mau pulang ke Jogja malam ini naik kreta senja utama Solo pukul 20.30.

Sepulang kantor aku langsung bersiap dan tentu saja ga lupa berdoa.

Udah jam 19.15, saatnya berangkat. Aku membawa 1 tas ransel dan 1 tas jinjing. Dengan langkah yang semangat, aku berjalan ke depot air isi ulang di depan kos, tempat mangkalnya si abang ojek. Nah dari sinilah cerita itu bermula.

"mas Rian, jadi kan nganter saya?"

"enggak mas, sama mas budi ya", kata mas Rian yang bersiap untuk pulang ke rumahnya.

Kebetulan emang mas budi juga stand by di sana. Naiklah aku ke ojeknya mas Budi.

Sesampai di jalan.

"naik kreta apa mas?"tanya mas Budi.

"Naik kreta bisnis mas, Senja utama Jogja", jawabku.

"Wah kalo musim libur gini rame banget ya"

"Ya, moga-moga ga rame bangetlah. lho, mas kok tumben (ga biasanya) lewat sini?" memang sore itu si abang ojek tak melewati jalan yang biasanya dia lalui pas nganter aku ke Jatinegara.

"kan mau ke Gambir mas katanya tadi?"

"ke Gambir? enggak kok, aku ga bilang ke gambir, kretaku berenti di Jatinegara mas. kan tadi saya bilang kreta bisnis, kreta bisnis mana ada di Gambir."

"Oo saya taunya mau nganter ke Gambir"

"enggak mas, yauda gapapa muter di depan situ aja"

Kebetulan emang belom jauh-jauh amat dari jalan menuju Jatinegara. Di tengah-tengah perjalanan menuju Jatinegata, tiba-tiba, kriiing...

"halo? ini siapa ya?" tanya mas Budi setelah hapenya bunyi di jalan.

"(si penelpon ngomong apa ga ngerti)"

"Lho, mas masih di depot air?"

"(si penelpon ngomong lagi)"

"Trus sapa nih yang saya anter? Wah salah orang deh. Gimana nih, di situ masih ada mas bambang kan? maaf ya mas"

"kenapa mas? bukan saya ya yang harusnya dianter?"tanyaku.

"iya mas, harusnya mas aris, kirain situ namanya aris"

"bukan mas, makanya saya td ngerasa agak aneh, kok mas budi taunya nganter ke Gambir."

Si Aris tu temen kuliah, temen kantor, tetangga di Jogja, sekaligus tetangga kosku juga. Kebetulan dia juga mau pulang ke Jogja, tapi naik di Gambir. Tau sendiri lah kalo lewat Gambir berarti naik kereta eksekutif. Takutnya gara-gara aku, dia malah telat lagi sampe di Gambir. Bisa berabe nih aku dikira ngerebut ojek orang.

Haduh repot juga ya kalo kejadian ini terjadi ama diriku, bisa panik banget. Untung aja si Aris masih dapet tukang ojek lainnya. Kalo enggak bisa merasa bersalah 2 kali nih. Ya sesampainya di Jatinegara aku langsung sms si Aris buat minta maaf, aku ga ada maksud sedikit pun buat ngerebut ojeknya. Ini cuma masalah salah paham.

Tuesday 21 December 2010

Velvet Parking

Siang ini (1 Agustus 2010) aku menyempatkan melihat-lihat blitz megaplex (salah satu bioskop elit) di Central Park, Jakarta Barat. Maklum, semenjak di Jakarta aku sama sekali belum pernah nonton di situ. Selain harganya mahal, tempatnya juga jauh dari kosku di Jakarta Selatan. Di situ ada tulisan “velvet”.

Aku tanya sama temenku, “velvet apaan sih?”

“velvet tu bukannya yang parkir itu ya?”

“tuing tuing.. ampun deh, bukan velvet itu mah, tapi valet parking”

Ternyata bukan aku aja yang ga tahu tentang velvet.

Kondom Jadi Trending Topic Lho

Perjalananku menuju kantor wilayah siang itu terasa seru karena diselingi canda gurau teman-teman satu mobil. Meskipun sinar matahari berhasil menembus kaca mobil tanpa hambatan (maklum, mobil kantor kan ga ada sun glasses-nya, kita sering menyebutnya mobil aquarium* karena memang penumpang bak ikan hias yang siap ditonton oleh orang-orang), meskipun 1 mobil diisi penuh 8 orang, meskipun cuaca terik menyengat, meskipun jalanan macet, dan meskipun meskipun lainnya, tapi perjalanan ga terasa sama sekali.

Dalam mobil itu ada 8 orang, 2 cewek dan 6 cowok. Keenam orang cowok ini sebenarnya bisa nyetir mobil, namun dengan berbagai alasan yang salah satunya adalah emansipasi wanita, diputuskan yang nyetir adalah cewek. Lumayan malu juga kalau “ditonton” orang dari luar (mana pake mobil aquarium lagi). Keenam cowok ganteng tadi memilih untuk menanggung malu sambil becanda ria di kursi penumpang.

“kalo pake kondom tu ga sensitif ya”, ungkapku membuka percakaan.

“iya, emang klo pake kondom jadi kurang sensitif”, timpal seorang teman seolah mengiyakan.

“Makanya kalau milih kondom tu yang agak tipisan”, saran teman yang makin antusias ngomongin kondom.

“lha kalau ketipisan ntar gampang sobek, ntar bolong** rugi dong beli mahal-mahal”, jawabku.

“ya emang harus bolong, kalau ga bolong gimana masukinnya?”, tambah temen lain yang mulai tertarik ngomongin kondom.

“kalau beli kondom tu yang pas, lebih ketat lebih baik, daripada kelonggaran,nanti bisa geser-geser malah bikin lecet***”, kata temen lain lagi.

Sepertinya kondom jadi trending topic di sebagian perjalanan kami ke kantor wilayah siang itu.

“haha bener juga ya, ga apa-apa lah, daripada ga pakai kondom, nanti gampang lecet keypad dan tombol navigasinya”, jawabku polos.

NB:
*cerita mobil aquarium akan kuceritakan tersendiri ya.
**bolong = berlubang
*** lecet = luka tergores

Kereta Belanjaku Nih

Sepulang dari kursus (28 Juli 2010), aku teringat sesuatu. Ya, Shampoku habis.
“Kemana ya enaknya?” Carefour aja deh. Kebetulan kursusku kan deket sama carefour Central Park.

Sore itu Carefournya ramai pengunjung. Maklum karyawan swasta kan baru gajian. Berbeda 180 derajat dengan pegawai negeri. Tanggal segitu merupakan tanggal-tanggal rawan. Rawan utang maksudnya. Lagi bokek-bokeknya.

Kuambil keranjang dorong dari depan pintu masuk. Jalan menyusuri tumpukan-tupukan makanan dan minuman yang seolah menyapaku dan memanggilku untuk mengambilnya.

“Hoi, ingat ya, duit masih cekak neh, jangan beli barang yang ga dibutuhin lho”, begitulah kira-kira hatiku bicara kepada otak, bergelut dengan nafsu yang terus mendorong untuk belanja sebanyak-banyaknya.

Sampailah aku di rak Shampo, Mau pilih yang sachet apa botol ya? Kukeluarkan lah kalkulator hape. Setelah kuitung-itung dengan sangat cermat dan teliti, akhirnya botollah yang aku pilih.

“Dasar itungan banget sih”. Iya dong sebagai orang akuntansi, semua harus dihitung seefisien, sedetail mungkin sampai nol dibelakang koma.

Oh iya, tissue di kos juga habis. Kutinggalkan sementara kereta belanjaku disisi rak. Aku berjalan sambil memandangi tissue mana yang paling murah.

“Ah, kok lebih mahal dari di toko sebelah ya. Ga jadi beli di sini ah.”

Sambil masih agak melihat-lihat penasaran, aku dorong kereta belanjaku menuju tujuan berikutnya.

“Dek, kayaknya kamu ngambil punyaku deh”, kata seorang ibu mengingatkanku.

Oh iya, memang bener, aku salah ngambil kereta belanja orang.

“Maaf ya, Bu”

Ampun deh. Untung aja ga diteriakin maling.

Ga Sekalian Direformasi

me: tuh pasar udah usang banget ya, knp ga direlokasi sih
friend: renovasi kaleee

Pasar Rumput, didengar temen satu mobil yg no comment.

cerita ini pernah diterbitkan di blog lama http://misterdee.co.cc/ tanggal December 15, 2010

Kayak Apa Ya Wanginya

Anak: Ma, kok bajuku ga wangi?
Mama: iya ma2 lupa masukin softex kemarin
Anak: …???

Perjalanan piknik, didengar seisi mobil yang langsung pengen mencium seberapa wanginya softex yang dimaksud.

cerita ini pernah diterbitkan di blog lama http://misterdee.co.cc/ tanggal December 12, 2010

Busyet, Enak Banget tuh Bapak

“Busyet, enak banget tuh Bapak kepalanya bersandar ke pundakku.”

Mungkin kalimat itulah yang terlintas dipikiranku ketika ada seorang bapak yang tertidur pulas di dalam bus jurusan Jakarta-Cilegon. Kalau sekedar tidur sih ga ada masalah. Yang jadi masalah adalah kepala tuh Bapak bersandar ke pundakku. Mentang-mentang pundakku empuk, maen geletak aja tuh kepala. Bukan marah sih, cuma kesel aja (sama ga tuh?).

Sudah beberapa kali kugoyang-goyangkan pundakku supaya dia terbangun, tapi usahaku sia-sia, atau mungkin makin pulas ya tidurnya. Gimana ya supaya si bapak itu bangun? Aha, aku ada ide lain. Ketika bus berhenti, pura-puralah diriku berdiri.

Nah bener kan si bapaknya bangun. Hehehe, jahat ga sih? Ga apa-apa lah dikit doang, yang penting berhasil deh bikin tuh bapak bangun.

cerita ini pernah diterbitkan di blog lama http://misterdee.co.cc/ tanggal September 17, 2010

Menikmati Kursi Bisnis Harga Ekonomi

“Selamat datang di penerbangan kami”, ucap Pramugari Lion dengan lembut saat kami memasuki badan pesawat lewat pintu depan.

Saya dan kedua rekan kerja saya akan menuju Denpasar untuk kepentingan tugas menggunakan pesawat Lion Air. Di tiket kami tertulis 3B, 3C, dan 3D.

“Lho, kok kursinya beda, lebih luas, apa ini kursi bisnis ya”

Kursi yang kami duduki berjumlah 2=2, dua kanan dan dua kiri. Berbeda dengan baris di kursi belakang kami, 3=3, tiga kanan dan tiga kiri.

“Tiketnya tiket ekonomi, masa’ dapet duduk di kursi bisnis sih”

Meskipun aku pribadi merasa tak seharusnya duduk di kursi bisnis ini, di tiket tertulis 3B, ini kursiku, ga mungkin salah dong. Karena kami tak merasa dirugikan, ya sudah diam saja lah. Mungkin diam itu emas (kalau merasa diuntungkan), coba kalo merasa dirugikan, aku pasti protes.hehehe.

Penumpang di sebelahku kelihatan tenang dan sedikit kelihatan lebih borju lah dariku. Pakai kaos dan celana pendek khas kostum orang kaya.

“wah lumayan juga neh dapet kursi bisnis, padahal bayarnya kelas ekonomi”

Aku pun tak cerita ke penumpang sebelah kalau sebenernya aku ini penumpang kelas ekonomi, jaga gengsi dikit lah.

Sesampainya di bandara Ngurah Rai, dia berkata, “enak juga ya kita duduk di kursi kelas bisnis, lega, beruntung ya, gara-gara terlambat check in, eh malah dapat duduk kelas bisnis.”

“Jadi kamu juga tiket ekonomi?”, tanyaku memastikan.

“Iya, kamu juga?”, tanyanya balik.

Wooo, kirain aku duduk sejajar dengan penumpang kaya yang punya tiket kelas bisnis, ternyata sama-sama ekonomi.

cerita ini pernah diterbitkan di blog lama http://misterdee.co.cc/ tanggal September 7, 2010

Kurma Si Buah Arab

“Kurma kurma, buah arab, sunah rasul, 30 ribu dua”, teriak seorang pedagang di dalam bis Jakarta-Merak.

Berulang kali pedagang itu mondar mandir ke depan dan belakang bis menjajakan dagangannya. Merasa masih terlalu mahal dan tidak ada yang membeli, si pedagang berteriak lagi.

“Kurma kurma, buah arab, sunah rasul, 25 ribu dua”

Harga diturunkan 5 ribu menjadi 25 ribu per 2 kotak. Kembali si pedagang itu mondar mandir ke depan dan belakang bis. Terbesit keinginanku untuk membelinya.

“Tunggu dulu, bentar lagi juga turun lagi kok”, ujar sebelahku.

Aku pun mengurungkan niat membeli di harga segitu. Ternyata salah satu penumpang yang duduk di belakangku membelinya.

Merasa dengan harga 12,5ribu kurmanya laku, si pedagang bertahan di harga segitu.

“Kurma kurma, buah arab, sunah rasul, 25 ribu dua, satu 12,5. Ayo-ayo siapa lagi”

“wah kalo uda ada yg beli harga segitu ga bakal turun lagi neh harganya”, ucapku ragu.

Namun setelah mondar-mandir beberapa kali, tak ada satu penumpang pun yang membeli lagi. Tak lama berselang, si pedagang berteriak lagi.

“Terakhir nih, 20rb dua, kurma buah arab sunah rasul. maaf yang beli 25 ribu. ayo murah”

“Wakakaka”, ketawa kami berdua menggelegar.

“tuh bener kan”

Ya, kalo sudah harga segitu sudah mentok, ga bisa turun lagi. Aku pun membeli satu kotak. Ternyata membeli barang di bus perlu kesabaran juga ya.

cerita ini pernah diterbitkan di blog lama http://misterdee.co.cc/ tanggal September 6, 2010

Ksatria Baju Hitam Siap Beraksi

Perjalananku pulang pergi Jakarta-Jogja menggunakan jasa kereta api sudah berlangsung hampir 1 tahun. Kereta Senja Utama Jogjalah yang paling setia mengantarku pulang dari Jakarta ke Jogja. Namanya kereta kelas bisnis di Indonesia, disediakan juga tiket tanpa tempat duduk. Mereka yang ga punya tiket duduk selalu berebut agar bisa mendapatkan tempat untuk duduk bahkan tidur di lantai kereta. Kadang orang yang punya tiket duduk pun rela untuk tidur di lantai. Lebih lega dan dingin katanya.

Bahkan ada beberapa penumpang yang kutemui mengaku naik kereta tanpa tiket. Mereka rela menanggung risiko. Bila ada sidak dari manajemen PT KAI, mereka harus turun di stasiun terdekat.

Bagi mereka yang sudah biasa tidur di lantai enak-enak saja. Mereka yang sudah langganan tidur di lantai kereta bahkan sengaja membawa bantal angin, alas tidur busa, dan selimut sendiri. Aku pernah mencoba tidur di lantai sepanjang malam. Hasilnya? Masuk angin tak terhindarkan. Pagi harinya perut menjadi kembung penuh angin. Ga lagi-lagi deh buat tidur di lantai kereta. Angin yang mengalir di bawah justru lebih “semriwing”.

Dari sekian kalinya aku pulang pergi naik kereta senja utama jogja, atau sering disingkat senjata jogja, aku sering menemui orang yang sama. Mungkin kita sama-sama anker kali ya. Anker itu anak kereta. Yang setiap weekend selalu pulang ke Jogja dan kembali ke Jakarta hari minggu malamnya. Ya beginilah nasib anak rantau (sedikit hiperbola biar pembaca ikut terharu).

Sore itu posisi dudukku kurang strategis. Kipas angin tepat berada di atas kepalaku. Biasanya ada tombol pengatur di dindingnya. Namun kebetulan sekali untuk gerbong ini tidak ada tombol pengaturnya, jadi semua kipas dikontrol dari pusat.

“haduh, gimana nih sepanjang perjalanan kena angin terus.”

Tak ada yang bisa kulakukan selain mencari solusi agar kepalaku tak terus menerus terkena angin. Namanya orang kepepet, selalu ada aja idenya. Aku terpaksa mengambil selembar kertas koran yang baru kubeli di stasiun tadi untuk dibuat caping mirip punya pak tani.

“Hahaha,berhasil juga membuatnya”

Jadi teringat pelajaran keterampilan melipat waktu SD.

Kepala kututup dengan caping kertas, hidung dan mulut kututup dengan sapu tangan, dan jaket kututup sampai menutup leher. Dengan kostum seperti itu ditambah jaketku yang berwarna hitam semakin meyakinkan bahwa malam itu ksatria baju hitam telah lahir.

Topiku yang unik membuat salah satu penumpang berkomentar, “hihi kayak mr been ya.”

Aku yang sudah setengah tidur itu pun reflek menggerutu, “sial, aku disamain ama mr been. Ga ada yang lebih bagus ya.”

cerita ini pernah diterbitkan di blog lama http://misterdee.co.cc/ tanggal August 16, 2010