Friday 11 February 2011

Welcome to Kuala Lumpur

"We just landed in LCCT (Low Cost Carrier Transportation), Malaysia, Welcome to Kuala Lumpur, waktu menunjukkan pukul 12.30 waktu setempat, terdapat perbedaan waktu 1 jam lebih cepat dari Jakarta"

"pelawat diharapkan tidak menghidupkan telepon bimbit sebelum pesawat berenti dengan sempurna, bagi pelawat yang memerlukan pengkhidmatan dapat menghubungi awak kabin kami"
Kira-kira begitulah kata-kata si pramugari menyambut ke
datangan kami di KL. Begitu sampai di Malaysia ada kata-kata aneh yang jarang kudeng
ar di Indonesia.

Pelawat = visitor
telepon bimbit = mobile phone
pengkhidmatan = service

dan banyak lagi yang lain yang selama
perjalanan nanti akan coba aku hadirkan di tengah-tengah cerita.

Turun dari pesawat tak lupa untuk berfoto sejenak di depan pesawat yang membawa kami terbang sampai KL. Saking asiknya berfoto-foto malah lupa kalau kami punya bagasi yang harus diambil. Sesampainya di tempat pengambilan bagasi tinggal beberapa tas saja termasuk punya kami yang tersisa. Entah sudah berapa kali tas kami muter-muter di atas conveyor. Untung aja masih sempet ngambil.

Sebelum keluar bandara, kami harus menghadapi loket imigrasi terlebih dahulu. Paspor kami diperiksa kembali oleh petugas, dan dicap tanda kedatangan di Malaysia. Seperti ceritaku sebelumnya, kami ke KL tanpa tour guide sama sekali dan tulisan blog teman-teman adalah guider kami. Salah satu saran dari teman adalah gunakan nomor lokal agar bisa nelpon lebih
murah. Kebetulan di bandara ada counter "celcom" yang merupakan satu jaringan dengan XL kalo di Indonesia. Dengan membayar 20RM (Rp3000/RM) bisa dapat pulsa atau bahasa m
elayunya baki (balance) sebesar 10RM. Ya lumayan mahal juga, kalau di Indonesia SIM card perdana hanya seharga Rp10.000, bahkan ada yang hanya menjualnya Rp1000 sudah dapat pulsa Rp10.000. Kalau beli SIM card sekalian didaftarkan oleh mereka dengan menggunakan paspor kita.

Setelah beristirahat sejenak di bandara, kami segera menuju counter bus yang akan mengantar kami ke kota Kuala Lumpur. Seperti halnya di Jakarta, bila kita dari bandara Soekarno Hatta mau ke kota harus menggunakan jasa bus Damri. Di Malaysia sebenarnya ada 2 bandara yang satu bernama KLIA (Kuala Lumpur International Airlines) dan LCCT (Low Cost Carrier Transportation). Bandara kedua yang kusebut ini merupakan bandara khusus penerbangan yang menggunakan jasa Air Asia. Hebat ya Air Asia sampai punya bandara sendiri. Ada beberapa pilihan bus yang ditawarkan di sana, diantaranya AEROBUS dengan harga tiket 8RM/person, SKYBUS (milik Air Asia) 9RM, atau KLIA Express 12RM.

Karena bingung, kami memutuskan untuk naik SKYBUS aja yang tarifnya di tengah-tengah. Bus ini berangkat sekitar 15 menit sekali. Kebetulan, kok banyak kebetulannya ya, kebetulan ketika kami naik bus, kursi-kursinya masih banyak yang kosong jadi kami masih bisa bebas memilih tempat duduk. Duduklah kami di depan dan pinggir agar bisa menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Tak lama kemudian bus berangkat menuju KL Sentral tujuan akhir bus. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan kebun sawit yang membentang luas hanya beberapa bangunan yang berdiri di pinggir jalan.

Pukul 15.15 sampai juga di terminal bus KL sentral. KL Sentral sendiri merupakan area berkumpulnya segala transportasi umum, mulai dari bus kota, taksi, MRT, LRT, monorail. MRT di Malaysia dikelola oleh beberapa perusahaan swasta (tak melulu harus dikelola pemerintah) diantaranya KTM komuter, Kelana Jaya (Putra) line, dan Rapid KL. Tentunya dari masing-masing pengelola itu telah memiliki trayek sendiri-sendiri yang tak mungkin bersaing secara frontal.

Dari terminal bus, kami bisa saja langsung naik monorail menuju Bukit Bintang tempat kami menginap, namun lagi-lagi berdasarkan catatan blog kawan, di lantai 3 KL sentral ini terdapat foodcourt yang menyediakan masakan khas negeri Jiran, yaitu nasi lemak. Perut udah keroncongan juga, pas banget deh kalau bisa mencicipi nasi lemak. Foodcourt di KL sentral ini bernama Medan Selera. Penjualnya ga ada yang dari Indonesia meskipun namanya Medan. Sepanjang perjalanan ke lantai 3 terdapat banyak penjual berbagai macam asesoris, mulai dari jam tangan, syal, baju, hingga tas. Nah, namanya ibu-ibu, ga jauh-jauh deh matanya kalau ngeliat asesoris-asesoris kayak gitu. Mamaku langsung mampir beli syal, harganya 10RM, ga mahal kan.
Oia malah ngomongin asesoris, nasi lemak tu kayak nasi uduk gitu, tapi rasanya agak sedikit beda, sedikit aja sih, ada rasa rempah-rempahnya di dalam nasinya. Soal lauk bisa milih mulai dari telur, ayam bakar, sampai daging sapi, daging b**i ga ada lho, soalnya kebanyakan penjual nasi lemak di situ adalah orang melayu. Katanya minuman yang khas di sini tu teh tarik. Teh tarik tu kalo di Indonesia namanya teh susu, teh campur susu, harganya di sini 3RM. Kalau mau agak ngirit, di lantai 2 KL Sentral ada mesin-mesin penjual minuman ringan otomatis. Harganya cuma 1RM untuk minuman kaleng, 1RM untuk air mineral 600mL, dan 2RM untuk minuman botol sari buah. Yang unik adalah es cincau hitam dan susu kedelai. Ya, cincau hitam kalau di Indonesia dijual di pinggir jalan pake gerobak, oleh orang Malaysia minuman itu dikemas menggunakan kaleng yang bagus.
Ada alat yang menarik ketika kami melintas di KL Sentral, yaitu alat pembaca garis tangan. Namun sayang, ketika kami akan mencobanya dan sudah memasukkan uang 50 sen, mesin ini tidak berfungsi. Huhu, ilang deh 50 sen.

3 comments:

  1. LCCT = Low Cost Carrier Terminal :) bukan Transportation

    ReplyDelete
  2. Sebenaranya kalo mau lebih murah lagi, bisa beli Digi aja, stater packnya murah,cuman RM8 dan dah dapat pulsa. Mumpung tinggalnya di Bukit Bintang, tinggal jalan aja ke Low Yat

    ReplyDelete
  3. hahaha, T-nya tu terminal ya. nah soal starterpack kmrn kami kebetulan dari Indonesia menggunakan kartu XL, berhubung teman2 di Indo banyak yang pake XL, kami cari yang satu grup, dapatlah kartu celcom. Ternyata mahal juga ya, sama kayak di Indonesia tarif XL mahal.hehehe

    ReplyDelete