Sunday 4 September 2011

Ngohiang, ada yang tau?

Ngohiang, kata yang cukup asing di telinga kami. Ketika kami berjalan-jalan ke Bogor dan melintasi jalan Surya Kencana (ada yang bilang Malioboronya Bogor) kami tertarik dengan satu rumah makan yang menyediakan ngohiang. Hayoo sudah ada yang tau belum apa itu ngohiang? Karena rasa penasaran itulah kami akhirnya memutuskan berhenti di resto itu.
Ya bagi masyarakat Bogor mungkin tidak asing dengan ngohiang. Ngohiang adalah sejenis makanan yang mirip dengan batagor. Ngohiang terbuat dari tepung yang didalamnya diberi daging cincang, dibentuk lonjong lalu digoreng. Ngohiang disajikan panas bersama kentang goreng, acar lobak, dan dilumuri bumbu saus kacang. Berbeda dengan batagor, saus kacang ngohiang ini memilki tekstur yang sangat halus sampai-sampai tidak terlihat lagi bentuk asli si kacang dan cenderung manis. Rasa ngohiangnya enak dan gurih. Kentangnya juga empuk dan gurih, ditambah acar lobak yang segar. Catatan kami cuma satu, saus kacangnya terlalu manis, kurang gurih. Rasa manis inilah yang membuat agak eneg ketika makan terlalu banyak. Akhirnya kami menyiasati dengan makan ngohiang tanpa saus kacangnya.

Resto Ngohiang ini sangat mudah dicari karena terletak di pinggir jalan besar satu arah. Namun karena letaknya yang di jalan satu arah itu, Anda harus pelan-pelan jangan sampai kebablasan. Meskipun terletak di pinggir jalan dan restonya gak ada AC, resto ini ga terasa panas lho. Apalagi malam itu Bogor diguyur hujan sangat deras, wuih dingin... Pelayanannya juga bagus, ketika kami tiba di sana kami langsung disambut oleh pelayan resto yang menawarkan menu-menu yang ada di resto tersebut. Ketika pulang pun kami diberi pinjaman payung agar kami bisa masuk ke mobil.

Sebenernya di resto ini menyediakan beberapa menu lainnya seperti pangsit pengantin, sotomie babat, soto babat, mie ayam pangsit, dan lain-lain. Namun ketika kami mau pesan menu lain ternyata sudah habis. Wow, laris juga ya. Nah buat Anda yang penasaran dengan rasa ngohiang bisa datang ke Bogor dan arahkan kendaraan Anda ke jl. Surya kencana, letaknya ada di sebelah kanan jalan. Selamat mencoba!




Wednesday 31 August 2011

Siapa bilang Jakarta macet???

INI DIA 15 FOTO BUKTI KALO JAKARTA TU GA MACET!!!


Jl. Soepomo

Jl. depan McD Soepomo

Depan Pancoran

Jl. Sudirman dari atas jembatan Balai Kartini

Jl. Sudirman ke arah Semanggi

Jl. Satrio menuju Jl. Sudirman

Depan Mall Ambassador

Terowongan Casablanca

Menuju terowongan casablanca

Jl. Casablanca

Jl. Casablanca

Jl. Casablanca depan Hotel Parkline

Jl. depan kota casablanca

Depan 7eleven Sahadjo

Jl. Depan Kantor Pajak Wajib Pajak Besar Orang Pribadi

Gimana? Udah terbukti kan kalau Jakarta itu ga macet? Hahahahaha

Tuesday 30 August 2011

Warung Bebek paling ramai se dunia


Warung bebek paling rame se dunia, itulah tagline yang diangkat oleh Warung makan Bebek Kaleyo. Memang tak salah tagline itu disandang oleh warung bebek yang memiliki beberapa cabang di Jakarta ini. Ketika saya datang ke cabang Tebet pukul 20.30, suasana warung bebek ini masih ramai. Saya jadi makin penasaran nih, apa yang membuat orang-orang rela antri untuk makan bebek ini. Beruntungnya saya, saat itu masih ada tempat kosong di dalam ruang ber-AC yang jelas no smoking area. Tidak ada pelayan yang menyambut dan memberikan sapaan maupun memberikan petunjuk meja mana yang kosong. Saya harus mencari sendiri meja yang kosong. Sampai duduk pun belum ada pelayan yang memberikan daftar menu. Akhirnya saya mengambil sendiri saja daftar menu dan segera memanggil pelayan ketika sudah siap memesan.

Saya datang bertiga dengan kakak dan kakak ipar. Kakak menyarankan agar memesan bebek muda, katanya lebih empuk dan porsinya lebih besar dari bebek biasa. Namun ketika kami memesan, ternyata bebek muda sudah habis. Yah ga kebagian deh. Ya sudah kami memesan bebek goreng dada.
"Minumnya Teh manis ya mas", pintaku.
"Tehnya habis mas"
Wow seperti apa ya ramainya warung ini sampai-sampai minuman teh yang sangat mudah dibuat saja kehabisan.

Tidak berselang begitu lama, pesanan kami pun tiba, dada bebek goreng. Soal rasa memang enak, bumbu meresap dan dagingnya empuk. Sambalnya super pedas, dan kata kakak, sambal di Kaleyo Tebet ini lebih pedas dari Kaleyo Cempaka Putih. Bagi yang tidak suka pedas, saya sarankan untuk mencampur sedikit sambal dengan kecap. Itupun rasanya masih pedas bagi orang yang tidak terlalu suka pedas seperti saya. Saya hanya menyayangkan bebek yang disajikan terlalu kecil, dagingnya hanya sedikit, jadinya kurang mantab deh. Dengan porsi kecil seperti itu seharusnya Kaleyo berani memberikan 2 potong bebek dengan harga yang sama.

Karena saking ramainya, ada pengunjung lain yang satu ruangan dengan saya mengeluh ke pelayan karena minumnya belum datang-datang juga. Panasnya bebek dan nasi serta pedasnya sambal membuat mereka agak emosi. Soal rasa memang tidak perlu diragukan lagi, sudah banyak review mengenai kelezatan bebek ini sebelumnya, yang perlu saya garis bawahi dalam tulisan ini adalah, rasa sudah enak, ramai sudah terbukti, namun pelayanan tidak boleh ketinggalan. Semoga ini menjadi masukkan juga untuk resto-resto yang sudah sangat ramai agar tidak mengesampingkan pelayanan. Selamat makan...

Criukz Snack

Sudah lama nih tidak menulis karena kesibukan. Haha gaya..
"emang sibuk apaan?"
"saya sekarang ada bisnis kecil2an"
"bisnis? bisnis apaan?"
"ya bisnis snack, udah pernah denger Criukz?
"Criukz? Apaan tuh criukz?
"Criukz adalah keripikz zingkong zuper tipiz"
"hmm, emang kelebihannya apa dibandingkan keripik singkong lainnya?"
"nah pertanyaan bagus tuh, keripikz ini bukan keripikz zingkong biaza lho, keripikz ini terbuat dari zingkong pilihan dan diolah kembali dengan proses khusus. Yang pasti criukz tidak menggunakan pengawet lho"
"Kalo tanpa pengawet, bisa tahan brp lama?"
"bisa tahan sampai 4 bulan, tp klo belom dibuka bungkusnya, lebih dari itu pun tetap criukz lho rasanya"
"ada brp rasa tuh?"
"ada 8 rasa yang ga boleh kamu lewatin"
"Wah2 oke juga tuh, kalo mau beli kmn nih?"
"Kamu bisa baca2 dulu tentang bisnis ini di criukz.blogspot.com"
"Oke deh, wah mantab ya"

Sunday 6 March 2011

Kirain Handuk, ternyata...

Hooahh capek banget, pemburuan tiket yang belum mendapatkan hasil. Sesampai di hotel, kami pun langsung merebahkan badan, tulang punggung ama kakiku terasa pegal banget.

"Hoi mandi dulu sana, kotor-kotor kok langsung naik kasur", kata mama.

"siap bos"

Byur..byur..byur... (suaranya kok kayak mandi pake gayung aja, ndeso, padahal mandi pake shower lho)

Seger banget deh abis mandi. Tiduran lagi ah..

Sekarang giliran adikku mandi.

"Hoi sapa yang handukan pake ini?", kata adikku sambil nunjukkin barang bukti.

"Aku, kenapa Na?"

"wakakaka, hihihii, hahahaa", Adikku ga berenti ketawa ngekek (terbahak-bahak).

"Ini keset kenapa buat handukan? Ndeso banget sih"

Mama yang mendengar pun tak kuasa menahan geli. Suara ketawa pun menggelegar di dalam kamar.

"Buset dah, kirain handuk, lha orang ditaruh di gantungan handuk sih"

Saturday 12 February 2011

Memburu Tiket Bus Menuju Genting

Masih di hari yang sama, kami pun sampai di hotel tempat kami menginap, Imperial Hotel. Ini nih tampilan depannya, keren kan? Tak hanya tampilan depannya, di dlamnya pun lumayan bagus. Kok cuma lumayan? Ya daripada lumanyun. Informasi hotel ini aku dapatkan dari seorang teman semasa kuliah di Jogja dulu. Namanya cie evy, dia yang merekomendasikan supaya kami tinggal di hotel ini. Hotel yang paling laris buat wisatawan karena harganya terjangkau dan hotelnya pun bagus.

Setelah beristirahat sebentar di hotel, kami pun bergegas untuk memburu tiket bus tujuan genting untuk besok pagi. Menurut saran teman, sebaiknya membeli tiket untuk pulang-pergi, eh salah, pergi-pulang. Ketika kami bertiga hendak menuju monorail station ada patung berwarna biru, kuning dan silver. Tadi waktu kami pertama sampai kok ga ada ya? cepet banget mindahin patung yang segedhe orang itu. Ooo ternyata mereka adalah sekelompok seniman yang berdandan menyerupai patung. Mereka menetapkan tarif 2RM bila ingin berfoto bersama. Namanya orang Indo (baca: kami) maunya yang gratisan, makanya kami curi-curi foto dari jarak jauh, kayak foto di bawah ini.


Oke saatnya melanjutkan perjalanan menuju stasiun Pudu Raya. Dari monorail station Bukit bintang kami menuju Hangtuah (1,2RM), dari Hang tuah pindah menggunakan LRT ke stasiun Pudu (0,7RM). Sampai di stasiun Pudu kami bertanya pada petugas LRT, di mana kami bisa beli tiket ke Genting.

"Sir, may I get the information, where we can get the bus ticket to Genting?", meskipun bahasa Inggris ga jago yg penting pede aja.

"Sorry, it's not here. You can go to Pudu Raya not Pudu. But it's 5 pm, you can go to Titiwangsa station."

Tiket bus yang di Pudu Raya kemungkinan sudah tutup karena udah kesorean, kami disarankan untuk pergi ke Stasiun Titiwangsa, di sana satu-satunya yang masih buka jam segini.

Naik LRT lagi deh kami ke Titiwangsa. Ketika kami sampai di Titiwangsa dan mau keluar stasiun. Ups, kok ga bisa masuk ya tiketnya. Kami pun didatangi petugas. Ternyata tiket yang kami beli tadi kan tujuan Pudu, tiketnya tidak bisa untuk keluar stasiun lain, kami pun harus membayar lagi ongkos perjalanan dari Pudu ke Titiwangsa. Ya masih untung tidak didenda, cuma disuruh nambah ongkos aja.


Belum selesai sampai di situ ceritanya. Sampai di depan loket bus kami kembali kecewa karena tiket bus tidak bisa beli untuk hari berikutnya. Apalagi jasa bus itu tidak menyediakan tiket cable car. Perusahaan jasa bus yang menyediakan tiket cable car adalah Go Genting yang berada di KL Sentral. Ya gini nih kalo kurang informasi. Kami pun akhirnya memutuskan untuk menyudahi pemburuan tiket dan melanjutkannya besok pagi.

Monorail Pertamaku

Kenyang deh abis makan. Abis kenyang ngantuk. Eits, jangan tidur dulu, perjalanan masih harus dilanjutkan. Untuk mencapai daerah Bukit Bintang tempat hotel kami berada kami tempuh dengan menggunakan monorail. Bukit Bintang bukan diperbukitan lho, itu cuma nama daerah saja. Bukit Bintang merupakan pusat hiburan kota KuaLa Lumpur. Dari KL Sentral kami berjalan menuju stasiun monorail. Stasiun monorailnya ada di depan terminal bus, namun benar apa yang ditulis oleh blog seorang kawan bahwa di depan KL Sentral sedang ada pembangunan gedung, sehingga kami harus berjalan agak memutar untuk mencapai stasiun monorail. Tiket menuju bukit bintang sebesar 2,1RM (2 Ringgit 10 sen). Duit sen masih dihargai lho di sini, 1 Ringgit sama dengan 100 sen. Tiketnya monorail ini berbentuk seperti kartu telepon jaman dulu (yang tipis itu lho). Tiket itu untuk akses masuk ke stasiunnya yang ada di lantai 2, namanya juga monorail, pasti di atas, ga mungkin di bawah tanah. Masukkan tiket ke mesin, ambil kartu kembali, jalan masuk deh satu-satu.

"Kartunya kok diambil lagi?"

"katrok banget deh, kartu itu nanti buat akses keluar stasiun"

Ini kali pertama kami menaiki monorail. Pengalaman baru yang tentunya bisa diceritain ke temen-temen.

"Monorail ada sopirnya ga sih?"

"Sopir? masinis kalee!"

"Oiya.."

Haha, ternyata monorail dikendalikan oleh seorang masinis. Dia mengendalikan buka tutup pintu dan mengatur kecepatan kereta. Dari atas monorail kami bisa mengamati kota KL yang masih banyak terdapat pembangunan gedung-gedung baru.



Stesen berikutnya, Bukit Bintang (orang melayu bilangnya stesen alias station, lidah jowo, hehehe). Siap-siap turun. Pada hari pertama kami menginap di Hotel Imperial. Jarak antara stesen monorail dan hotel tak jauh. Halah tak jauh, biasa juga bilang nggak jauh, makin melekat aja nih bahasa melayunya. Tarif hotelnya lumayan sih, namanya juga peak season alias masa liburan, kesempatan untuk menaikkan harga. Kisaran aja ya, gaenak nyebutnya soalnya. Tarif kamar hotelnya bervariasi antara 150-200RM. Tapi jangan kuatir, di Bukit bintang buuuaaanyak, lebay deh, maksudnya banyak hotel yang bisa dipilih. Satu yang harus diperhatikan adalah kata-kata "ada uang ada barang". Idiom ini sangat berlaku di sini. Cerita berikutnya akan membuktikan kalau idiom itu benar karena kami sempat pindah hotel 3 kali dengan tarif yang beda-beda.



Friday 11 February 2011

Welcome to Kuala Lumpur

"We just landed in LCCT (Low Cost Carrier Transportation), Malaysia, Welcome to Kuala Lumpur, waktu menunjukkan pukul 12.30 waktu setempat, terdapat perbedaan waktu 1 jam lebih cepat dari Jakarta"

"pelawat diharapkan tidak menghidupkan telepon bimbit sebelum pesawat berenti dengan sempurna, bagi pelawat yang memerlukan pengkhidmatan dapat menghubungi awak kabin kami"
Kira-kira begitulah kata-kata si pramugari menyambut ke
datangan kami di KL. Begitu sampai di Malaysia ada kata-kata aneh yang jarang kudeng
ar di Indonesia.

Pelawat = visitor
telepon bimbit = mobile phone
pengkhidmatan = service

dan banyak lagi yang lain yang selama
perjalanan nanti akan coba aku hadirkan di tengah-tengah cerita.

Turun dari pesawat tak lupa untuk berfoto sejenak di depan pesawat yang membawa kami terbang sampai KL. Saking asiknya berfoto-foto malah lupa kalau kami punya bagasi yang harus diambil. Sesampainya di tempat pengambilan bagasi tinggal beberapa tas saja termasuk punya kami yang tersisa. Entah sudah berapa kali tas kami muter-muter di atas conveyor. Untung aja masih sempet ngambil.

Sebelum keluar bandara, kami harus menghadapi loket imigrasi terlebih dahulu. Paspor kami diperiksa kembali oleh petugas, dan dicap tanda kedatangan di Malaysia. Seperti ceritaku sebelumnya, kami ke KL tanpa tour guide sama sekali dan tulisan blog teman-teman adalah guider kami. Salah satu saran dari teman adalah gunakan nomor lokal agar bisa nelpon lebih
murah. Kebetulan di bandara ada counter "celcom" yang merupakan satu jaringan dengan XL kalo di Indonesia. Dengan membayar 20RM (Rp3000/RM) bisa dapat pulsa atau bahasa m
elayunya baki (balance) sebesar 10RM. Ya lumayan mahal juga, kalau di Indonesia SIM card perdana hanya seharga Rp10.000, bahkan ada yang hanya menjualnya Rp1000 sudah dapat pulsa Rp10.000. Kalau beli SIM card sekalian didaftarkan oleh mereka dengan menggunakan paspor kita.

Setelah beristirahat sejenak di bandara, kami segera menuju counter bus yang akan mengantar kami ke kota Kuala Lumpur. Seperti halnya di Jakarta, bila kita dari bandara Soekarno Hatta mau ke kota harus menggunakan jasa bus Damri. Di Malaysia sebenarnya ada 2 bandara yang satu bernama KLIA (Kuala Lumpur International Airlines) dan LCCT (Low Cost Carrier Transportation). Bandara kedua yang kusebut ini merupakan bandara khusus penerbangan yang menggunakan jasa Air Asia. Hebat ya Air Asia sampai punya bandara sendiri. Ada beberapa pilihan bus yang ditawarkan di sana, diantaranya AEROBUS dengan harga tiket 8RM/person, SKYBUS (milik Air Asia) 9RM, atau KLIA Express 12RM.

Karena bingung, kami memutuskan untuk naik SKYBUS aja yang tarifnya di tengah-tengah. Bus ini berangkat sekitar 15 menit sekali. Kebetulan, kok banyak kebetulannya ya, kebetulan ketika kami naik bus, kursi-kursinya masih banyak yang kosong jadi kami masih bisa bebas memilih tempat duduk. Duduklah kami di depan dan pinggir agar bisa menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Tak lama kemudian bus berangkat menuju KL Sentral tujuan akhir bus. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan kebun sawit yang membentang luas hanya beberapa bangunan yang berdiri di pinggir jalan.

Pukul 15.15 sampai juga di terminal bus KL sentral. KL Sentral sendiri merupakan area berkumpulnya segala transportasi umum, mulai dari bus kota, taksi, MRT, LRT, monorail. MRT di Malaysia dikelola oleh beberapa perusahaan swasta (tak melulu harus dikelola pemerintah) diantaranya KTM komuter, Kelana Jaya (Putra) line, dan Rapid KL. Tentunya dari masing-masing pengelola itu telah memiliki trayek sendiri-sendiri yang tak mungkin bersaing secara frontal.

Dari terminal bus, kami bisa saja langsung naik monorail menuju Bukit Bintang tempat kami menginap, namun lagi-lagi berdasarkan catatan blog kawan, di lantai 3 KL sentral ini terdapat foodcourt yang menyediakan masakan khas negeri Jiran, yaitu nasi lemak. Perut udah keroncongan juga, pas banget deh kalau bisa mencicipi nasi lemak. Foodcourt di KL sentral ini bernama Medan Selera. Penjualnya ga ada yang dari Indonesia meskipun namanya Medan. Sepanjang perjalanan ke lantai 3 terdapat banyak penjual berbagai macam asesoris, mulai dari jam tangan, syal, baju, hingga tas. Nah, namanya ibu-ibu, ga jauh-jauh deh matanya kalau ngeliat asesoris-asesoris kayak gitu. Mamaku langsung mampir beli syal, harganya 10RM, ga mahal kan.
Oia malah ngomongin asesoris, nasi lemak tu kayak nasi uduk gitu, tapi rasanya agak sedikit beda, sedikit aja sih, ada rasa rempah-rempahnya di dalam nasinya. Soal lauk bisa milih mulai dari telur, ayam bakar, sampai daging sapi, daging b**i ga ada lho, soalnya kebanyakan penjual nasi lemak di situ adalah orang melayu. Katanya minuman yang khas di sini tu teh tarik. Teh tarik tu kalo di Indonesia namanya teh susu, teh campur susu, harganya di sini 3RM. Kalau mau agak ngirit, di lantai 2 KL Sentral ada mesin-mesin penjual minuman ringan otomatis. Harganya cuma 1RM untuk minuman kaleng, 1RM untuk air mineral 600mL, dan 2RM untuk minuman botol sari buah. Yang unik adalah es cincau hitam dan susu kedelai. Ya, cincau hitam kalau di Indonesia dijual di pinggir jalan pake gerobak, oleh orang Malaysia minuman itu dikemas menggunakan kaleng yang bagus.
Ada alat yang menarik ketika kami melintas di KL Sentral, yaitu alat pembaca garis tangan. Namun sayang, ketika kami akan mencobanya dan sudah memasukkan uang 50 sen, mesin ini tidak berfungsi. Huhu, ilang deh 50 sen.

Air Asia goes to KL

Taggal 4 Februari yang lalu merupakan awal perjalananku ke Kuala Lumpur (KL). Pukul 6.30 kami sudah sampai di Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta. Begitu masuk bandara, kami melakukan check-in terlebih dahulu di counter Air Asia tujuan KL dengan menunjukkan selembar tiket yang sudah kami print sendiri sebelumnya dan paspor tentunya.

"Selamat pagi mas, ini tiket dan paspornya"

"Selamat pagi", sapa petugas dengan ramah.

"maaf pak, ini tidak ada bagasi ya", tanya si petugas.

"Ada mas, ini kami bawa bagasi"

"tapi di tiket blom termasuk, jadi harus bayar lagi"

"lho kemarin sudah diinput kok mas", ucapku penasaran

"Blom ada pak"

Waduh, perasaan kemarin waktu pesan tiket sudah dicentang tuh bagian bagasi. Belum juga mulai berangkat sudah ada masalah gini.

"Ya sudah lah, kami bayar mas. Berapa?"

"untuk 15 Kg pertama Rp120.000, Pak"

Padahal kalau kita pesan lewat internet cuma bayar Rp60.000. Kata Bondan Prakoso "ya sudah lah".

Setelah check-in selesai kami berjalan ke kiri menuju loket pembayaran Airport tax. Pintu keberangkatan luar negeri beda dengan pintu keberangkatan domestik. Biasanya setelah check-in kami berjalan ke kanan, sekarang menuju kiri loket. Airport tax penerbangan international juga beda dengan domestik, kami harus bayar Rp100.000 per tiket. Mahal ga sih?

Jam di tangan masih menunjukkan pukul 07.00. Ketika kami mau memasuki ruang imigrasi, petugas bilang kalau nanti pukul 8.10 baru bisa masuk. Mau ke mana dulu ya? Akhirnya kami memutuskan keluar bandara dulu deh buat ngisi perut. Di sekitar bandara ada warung makan Soto Bebek yang lumayan lah untuk ngisi perut pagi-pagi karena perjalanan nanti menempuh sekitar 2 jam 30 menit.

Pukul 8.10WIB kami semua sudah sampai di bandara lagi. Kami langsung menuju counter imigrasi. Sampai di sana sudah banyak yang mengantri. Kami diberi kartu imigrasi dan disuruh mengisinya. Kartu ini terdiri dari 2 bagian, bagian satu diberikan ke petugas saat keberangkatan dan yang bagian lainnya diberikan lagi saat tiba di dalam negeri lagi. Kira-kira isiannya adalah nama, nomor paspor, tanggal bikin dan expired paspor, nomor pesawat, negara tujuan. Sampai di depan loket petugas memeriksa foto yang ada di paspor dengan orang yang ada di hadapannya sekaligus memeriksa isian kartu imigrasi tadi. Kalau sudah cocok, kami diminta untuk masuk ke ruang tunggu.

Eits tunggu dulu, tas bawaan kita diperiksa lagi menggunakan x-ray. Segala sesuatu yang berbentuk cairan tidak diperkenankan masuk ke ruang tunggu. Air minum , shampo, parfum, dll yang berbahan cair ga boleh masuk pokoknya. Di dekat mesin X-ray ada banyak botol air minum disita petugas. Bagi yang belum tahu ya terpaksa menghabiskan minumannya di tempat atau terpaksa membiarkan petugas menyitanya. Lumayan buat dijual lagi, hehe becanda. Ya paling enggak botol minumnya bisa dikiloin dah.

Ruang tunggu penerbangan international lebih sempit dan terkesan kurang nyaman karena tempat duduk yang disediakan kurang jumlahnya. Banyak calon penumpang yang terpaksa berdiri atau duduk di lantai sembari menunggu pesawatnya tiba.

Pukul 9.10 kami dipersilakan naik ke pesawat. Pramugari penerbangan internasional memang pilihan ya, selain cantik juga cakap dalam kerjanya. Perjalanan 2 jam 30 menit jadi ga terasa deh. Iya ga terasa, tidur melulu sih. hahaha

Thursday 10 February 2011

Gong xie gong xie


Gong xie gong xie, selamat tahun baru imlek kawan-kawan. Tahun ini merupakan tahun kelinci, semoga tahun ini kita mendapatkan kesempatan untuk terus berbuat kebaikan dan mendapatkan kelancaran di segala bidang. Setelah libur lama dalam menulis blog, hari ini aku sempatin (sok sibuk juga ya) untuk menggerakkan jari-jariku di atas keyboard laptopku (haree geenee masih ngetik pake keyboard, jadul ah).

Tulisan kali ini mengenai perjalananku ke KL beberapa hari yang lalu. KL? Iya KL, Kuala Lumpur, Malaysia. Meskipun agak panjang aku berusaha cerita ini bisa tetap menarik. Liburan bersama keluarga pada liburan Imlek tahun ini terasa begitu berbeda karena kami lalui dengan bertamasya bersama. Ini adalah perjalananku ke luar negeri pertama yang kulalui dengan mandiri tanpa tour guide sama sekali. Kali ini di KL kami benar-benar mengandalkan peta Kuala Lumpur dan tulisan-tulisan di blog kawan-kawan yang pernah mengunjungi negeri Jiran sebelumnya. Secara spesial aku juga ingin ngucapin terima kasih pada kawan-kawan yang telah memberikan inspirasi perjalanan kali ini lewat tulisan di blognya.

Friday 28 January 2011

kok nomor kursinya sama?

Masih dalam rangkaian cerita di kereta senja utama Jogja. Tapi kali ini di senja utama jogja jurusan Jogja-Jakarta tanggal 23 Januari 2011 yang lalu. Kali ini aku dapat duduk di tengah, kursi 11B. Setelah barang bawaan aku taruh di bagasi atas, aku duduk dengan santai.

"Permisi pak, bapak tiketnya nomor berapa ya?", tanya seorang wanita muda.

"Nomor 12B" kata seorang Bapak yang duduk di belakangku.

"saya juga 12B", balas si wanita.

"Lho kok sama? saya juga nomornya 12B lho" kata si Bapak agak ngotot.

"Wahm gimana nih kok bisa sama? Tiket Bapak tanggal berapa?"tanya si wanita lagi

"22 Januari 2011"

"itu kemarin pak, hari ini tanggal 23 Januari"

"waduh saya salah beli tiket kalo gitu. Trus gimana nih", kata si Bapak memelas.

Si wanita akhirnya mendapatkan kursi idamannya (lebay), maksudnya mendapatkan hak kursinya.

Ketika ada pemeriksaan tiket si Bapak tampak ketakutan.

"ya sudah Bapak beli tiket dulu di gerbong restorasi", kata pak kondektur.

Meskipun harus beli tiket lagi dan harus duduk di lantai kereta, lagi-lagi pepatah orang jawa, ya masih untung ga disuruh turun di stasiun berikutnya.

Buat para pengguna kereta, perhatikan tanggal yang tercantum di tiketnya ya.

Paling depan belum tentu bagus lho

Cerita ini diawali ketika aku membeli tiket untuk pulang ke Jogja beberapa waktu yang lalu di Stasiun Gambir. Tak terlihat ada antrian panjang di sana. Hanya menunggu 1 calon penumpang, kini saatnya giliranku untuk memesan tiket.

"Senja utama Jogja mbak, hari jumat tanggal 21 Januari, trus baliknya tanggal 23 Januari hari minggu"

"Baik pak, ditunggu sebentar ya"

"minta tolong yang bagian tengah ya"

"wah, yang tengah sudah habis pak, tinggal gerbong 3 nomor 16A"

"ga ada lagi yang lain mbak?"

"iya pak, tinggal satu"

"ya sudah lah kalau begitu, saya ambil"

Tibalah hari Jumat tanggal 21 Januari, aku sudah menunggu di stasiun Jatinegara. Pukul 19.45 kretaku tiba juga dari stasiun pasar senen.

"nah ini dia gerbong 3"

Aku berjalan dari belakang menuju depan. Ternyata kursi 16A ada di depan sendiri di sisi kiri kereta.

waduh, beruntung banget aku. Kursinya mepet banget sama tembok toilet. Ga ada jarak antara lutut dan tembok. Kaki sama sekali ga bisa digerakkan ke mana-mana. Seperti pepatah orang Jawa, masih bersyukur temboknya ga bolong. Bau toilet bisa kemana-mana tuh.

Buat rekan-rekan anker (anak kereta) Jakarta-Jogja. usahakan jangan mau kalau diberi kursi 16A, 16B, 17C, atau 17D karena itu semua kursi yang mepet banget dengan tembok, kecuali terpaksa ga ada pilihan kursi lagi.

Sebenernya bisa saja sih diakali dengan cara punggung kursinya dibalik. Jadinya sepanjang perjalanan kita menghadap belakang, serasa berjalan mundur.

Oh iya, jangan mau juga kalau diberi tiket kursi 17A dan 17B ya. Ssst, kursi itu adanya di toilet alias ga ada kursinya.

Saturday 15 January 2011

Pegawai pajak jadi profesi favorit?

Maraknya pemberitaan mengenai artis of the year 2010, siapa lagi kalau bukan Gayus, membuat dirinya makin terkenal saja bukan hanya di kalangan pegawai kantoran, tukang bajaj pun pasti tau siapa itu Gayus. Ada kejadian unik dalam perjalananku ke kota Cilegon menggunakan jasa bus Bima Suci. Seperti bus-bus pada umumnya, bus ini dilengkapi dengan toserba alias toko serba ada. Ya, para pedagang berbagai macam barang dengan bebas berjualan di atas bus. Nah, kali ini tiba giliran pedagang bolpoin beraksi.

"bolpoin, bolpoin, murah saja satu dus isi 12 cuma Rp5000"

Gimana murah kan? kok malah ikut promosi. hehe, belum tentu lho, siapa tau dari 12 biji yg nyala cuma satu. Sambil meletakkan contoh bolpoinnya di pangkuan para penumpang bus, si bapak terus aja berpromosi.

"Ayo murah-murah, bolpoin buat ponakan biar besok jadi pegawai pajak"

Ups kok pegawai pajak dibawa-bawa. Akhir-akhir ini anggapan orang bahwa bila menjadi pegawai pajak pasti makmur semakin santer terdengar, sampai-sampai si pedagang bolpoin menggunakan profesi pegawai pajak sebagai perumpamaan yang seolah-olah ingin mengatakan bahwa kalau beli bolpoin saya nanti bisa menjadi makmur.

Di tengah-tengah promosinya terdengar celetukan dari penumpang yang iseng.

"jadi pegawai pajak biar bisa korupsi"

Tak kalah berani, si pedagang kembali berkata.

"itu terserah orangnya, mau korupsi terserah, enggak lebih bagus"

Haduh-haduh, ada-ada aja ya. Memang benar kata pak pedagang, profesi apapun memungkinkan kita untuk berkorupsi. Tinggal bagaimana kita bertanggung jawab terhadap profesi yang kita pegang saat ini. Korupsi adalah perbuatan yang melawan hukum. Paling tidak dari kejadian itu kita bisa tahu bahwa saat ini profesi pegawai pajak menjadi salah satu favorit, paling tidak bagi si pedagang bolpoin tentunya.

Tuesday 11 January 2011

Salah gembok motor orang

Cerita ini bukan karanganku sendiri, melainkan cerita dari seorang teman, sebut saja Jake (bukan nama samaran), saat kami makan bersama di sebuah warung sate. Dia punya teman yang mengalami "kesialan", sebut saja Dedi (bukan nama sebenarnya).

Pagi itu Dedi sampai di kantor dengan buru-buru. Jam di tangannya sudah menunjuk pukul 7.28, artinya Dedi hanya punya waktu 2 menit untuk meletakkan jarinya di alat absensi finger print sebelum dinyatakan terlambat masuk kantor. Dalam kondisi yang terburu-buru itu si Dedi memarkirkan motornya di tempat parkir sekaligus memasang gembok cakram.

Waktu berjalan terus hingga waktunya pulang kantor tiba. Di parkiran terlihat seseorang yang kebingungan membuka gembok cakram di motornya. Kebetulan motor si Dedi berada persis di sebelah si pemilik motor yang tidak bisa membuka gembok cakramnya, sebut saja Budi (bukan nama yang sebenar-benarnya).

"kenapa mas? rusak ya kuncinya?", tanya si Dedi pada si Budi dengan ramah.

"iya mas, ga tau nih ada yang iseng maen gembok motor orang"

"Oalah iseng banget tuh orang", sahut Dedi dengan tampang polos yang masih merasa tak bersalah sama sekali.

"Awas aja tuh orang kalo sampe ketemu", ujar si Budi geram.

"Lho kok motorku ga digembok ya? perasaan tadi pagi aku gembok deh", pikir Dedi dalam hati.

Hehehe, sudah tau kan siapa pelakunya? Ya, karena buru-buru ngejar absen, si Dedi ga sadar kalau yang digembok itu bukan motor miliknya, melainkan motor yang parkir di sebelahnya. Mendingan kabur aja deh Ded daripada digebukin ma tu orang. kabuuurrrr...ngaciiirrr...

wanda dan ola

Yudi: eh siapa sih putri indonesia tahun 2009 kemarin?

Jake: wanda

Yudi: Wanda? Wanda Hamidah?

Jake: wanda.....wa nda tau aku

Yudi: #@%$%

Jake: (ketawa puas) eh baytheway busway, artis yang digosipin ama si Anang tu sapa namanya ya?

Yudi: ola

Jake: Ola? Ola Ramlan?

Yudi: ola.....o la ga tau aku

Jake: %$#@

Yudi: (ketawa lebih puas) kena juga lo

NB: Perhatian! cerita ini semata-mata hanya untuk hiburan semata, bila ada kesamaan nama dan peristiwa bukan karena tidak disengaja. special thank's to my partner and my boss, you are my inspiration.