Friday 28 January 2011

Paling depan belum tentu bagus lho

Cerita ini diawali ketika aku membeli tiket untuk pulang ke Jogja beberapa waktu yang lalu di Stasiun Gambir. Tak terlihat ada antrian panjang di sana. Hanya menunggu 1 calon penumpang, kini saatnya giliranku untuk memesan tiket.

"Senja utama Jogja mbak, hari jumat tanggal 21 Januari, trus baliknya tanggal 23 Januari hari minggu"

"Baik pak, ditunggu sebentar ya"

"minta tolong yang bagian tengah ya"

"wah, yang tengah sudah habis pak, tinggal gerbong 3 nomor 16A"

"ga ada lagi yang lain mbak?"

"iya pak, tinggal satu"

"ya sudah lah kalau begitu, saya ambil"

Tibalah hari Jumat tanggal 21 Januari, aku sudah menunggu di stasiun Jatinegara. Pukul 19.45 kretaku tiba juga dari stasiun pasar senen.

"nah ini dia gerbong 3"

Aku berjalan dari belakang menuju depan. Ternyata kursi 16A ada di depan sendiri di sisi kiri kereta.

waduh, beruntung banget aku. Kursinya mepet banget sama tembok toilet. Ga ada jarak antara lutut dan tembok. Kaki sama sekali ga bisa digerakkan ke mana-mana. Seperti pepatah orang Jawa, masih bersyukur temboknya ga bolong. Bau toilet bisa kemana-mana tuh.

Buat rekan-rekan anker (anak kereta) Jakarta-Jogja. usahakan jangan mau kalau diberi kursi 16A, 16B, 17C, atau 17D karena itu semua kursi yang mepet banget dengan tembok, kecuali terpaksa ga ada pilihan kursi lagi.

Sebenernya bisa saja sih diakali dengan cara punggung kursinya dibalik. Jadinya sepanjang perjalanan kita menghadap belakang, serasa berjalan mundur.

Oh iya, jangan mau juga kalau diberi tiket kursi 17A dan 17B ya. Ssst, kursi itu adanya di toilet alias ga ada kursinya.

No comments:

Post a Comment