Thursday 10 February 2011

Gong xie gong xie


Gong xie gong xie, selamat tahun baru imlek kawan-kawan. Tahun ini merupakan tahun kelinci, semoga tahun ini kita mendapatkan kesempatan untuk terus berbuat kebaikan dan mendapatkan kelancaran di segala bidang. Setelah libur lama dalam menulis blog, hari ini aku sempatin (sok sibuk juga ya) untuk menggerakkan jari-jariku di atas keyboard laptopku (haree geenee masih ngetik pake keyboard, jadul ah).

Tulisan kali ini mengenai perjalananku ke KL beberapa hari yang lalu. KL? Iya KL, Kuala Lumpur, Malaysia. Meskipun agak panjang aku berusaha cerita ini bisa tetap menarik. Liburan bersama keluarga pada liburan Imlek tahun ini terasa begitu berbeda karena kami lalui dengan bertamasya bersama. Ini adalah perjalananku ke luar negeri pertama yang kulalui dengan mandiri tanpa tour guide sama sekali. Kali ini di KL kami benar-benar mengandalkan peta Kuala Lumpur dan tulisan-tulisan di blog kawan-kawan yang pernah mengunjungi negeri Jiran sebelumnya. Secara spesial aku juga ingin ngucapin terima kasih pada kawan-kawan yang telah memberikan inspirasi perjalanan kali ini lewat tulisan di blognya.

Friday 28 January 2011

kok nomor kursinya sama?

Masih dalam rangkaian cerita di kereta senja utama Jogja. Tapi kali ini di senja utama jogja jurusan Jogja-Jakarta tanggal 23 Januari 2011 yang lalu. Kali ini aku dapat duduk di tengah, kursi 11B. Setelah barang bawaan aku taruh di bagasi atas, aku duduk dengan santai.

"Permisi pak, bapak tiketnya nomor berapa ya?", tanya seorang wanita muda.

"Nomor 12B" kata seorang Bapak yang duduk di belakangku.

"saya juga 12B", balas si wanita.

"Lho kok sama? saya juga nomornya 12B lho" kata si Bapak agak ngotot.

"Wahm gimana nih kok bisa sama? Tiket Bapak tanggal berapa?"tanya si wanita lagi

"22 Januari 2011"

"itu kemarin pak, hari ini tanggal 23 Januari"

"waduh saya salah beli tiket kalo gitu. Trus gimana nih", kata si Bapak memelas.

Si wanita akhirnya mendapatkan kursi idamannya (lebay), maksudnya mendapatkan hak kursinya.

Ketika ada pemeriksaan tiket si Bapak tampak ketakutan.

"ya sudah Bapak beli tiket dulu di gerbong restorasi", kata pak kondektur.

Meskipun harus beli tiket lagi dan harus duduk di lantai kereta, lagi-lagi pepatah orang jawa, ya masih untung ga disuruh turun di stasiun berikutnya.

Buat para pengguna kereta, perhatikan tanggal yang tercantum di tiketnya ya.

Paling depan belum tentu bagus lho

Cerita ini diawali ketika aku membeli tiket untuk pulang ke Jogja beberapa waktu yang lalu di Stasiun Gambir. Tak terlihat ada antrian panjang di sana. Hanya menunggu 1 calon penumpang, kini saatnya giliranku untuk memesan tiket.

"Senja utama Jogja mbak, hari jumat tanggal 21 Januari, trus baliknya tanggal 23 Januari hari minggu"

"Baik pak, ditunggu sebentar ya"

"minta tolong yang bagian tengah ya"

"wah, yang tengah sudah habis pak, tinggal gerbong 3 nomor 16A"

"ga ada lagi yang lain mbak?"

"iya pak, tinggal satu"

"ya sudah lah kalau begitu, saya ambil"

Tibalah hari Jumat tanggal 21 Januari, aku sudah menunggu di stasiun Jatinegara. Pukul 19.45 kretaku tiba juga dari stasiun pasar senen.

"nah ini dia gerbong 3"

Aku berjalan dari belakang menuju depan. Ternyata kursi 16A ada di depan sendiri di sisi kiri kereta.

waduh, beruntung banget aku. Kursinya mepet banget sama tembok toilet. Ga ada jarak antara lutut dan tembok. Kaki sama sekali ga bisa digerakkan ke mana-mana. Seperti pepatah orang Jawa, masih bersyukur temboknya ga bolong. Bau toilet bisa kemana-mana tuh.

Buat rekan-rekan anker (anak kereta) Jakarta-Jogja. usahakan jangan mau kalau diberi kursi 16A, 16B, 17C, atau 17D karena itu semua kursi yang mepet banget dengan tembok, kecuali terpaksa ga ada pilihan kursi lagi.

Sebenernya bisa saja sih diakali dengan cara punggung kursinya dibalik. Jadinya sepanjang perjalanan kita menghadap belakang, serasa berjalan mundur.

Oh iya, jangan mau juga kalau diberi tiket kursi 17A dan 17B ya. Ssst, kursi itu adanya di toilet alias ga ada kursinya.

Saturday 15 January 2011

Pegawai pajak jadi profesi favorit?

Maraknya pemberitaan mengenai artis of the year 2010, siapa lagi kalau bukan Gayus, membuat dirinya makin terkenal saja bukan hanya di kalangan pegawai kantoran, tukang bajaj pun pasti tau siapa itu Gayus. Ada kejadian unik dalam perjalananku ke kota Cilegon menggunakan jasa bus Bima Suci. Seperti bus-bus pada umumnya, bus ini dilengkapi dengan toserba alias toko serba ada. Ya, para pedagang berbagai macam barang dengan bebas berjualan di atas bus. Nah, kali ini tiba giliran pedagang bolpoin beraksi.

"bolpoin, bolpoin, murah saja satu dus isi 12 cuma Rp5000"

Gimana murah kan? kok malah ikut promosi. hehe, belum tentu lho, siapa tau dari 12 biji yg nyala cuma satu. Sambil meletakkan contoh bolpoinnya di pangkuan para penumpang bus, si bapak terus aja berpromosi.

"Ayo murah-murah, bolpoin buat ponakan biar besok jadi pegawai pajak"

Ups kok pegawai pajak dibawa-bawa. Akhir-akhir ini anggapan orang bahwa bila menjadi pegawai pajak pasti makmur semakin santer terdengar, sampai-sampai si pedagang bolpoin menggunakan profesi pegawai pajak sebagai perumpamaan yang seolah-olah ingin mengatakan bahwa kalau beli bolpoin saya nanti bisa menjadi makmur.

Di tengah-tengah promosinya terdengar celetukan dari penumpang yang iseng.

"jadi pegawai pajak biar bisa korupsi"

Tak kalah berani, si pedagang kembali berkata.

"itu terserah orangnya, mau korupsi terserah, enggak lebih bagus"

Haduh-haduh, ada-ada aja ya. Memang benar kata pak pedagang, profesi apapun memungkinkan kita untuk berkorupsi. Tinggal bagaimana kita bertanggung jawab terhadap profesi yang kita pegang saat ini. Korupsi adalah perbuatan yang melawan hukum. Paling tidak dari kejadian itu kita bisa tahu bahwa saat ini profesi pegawai pajak menjadi salah satu favorit, paling tidak bagi si pedagang bolpoin tentunya.

Tuesday 11 January 2011

Salah gembok motor orang

Cerita ini bukan karanganku sendiri, melainkan cerita dari seorang teman, sebut saja Jake (bukan nama samaran), saat kami makan bersama di sebuah warung sate. Dia punya teman yang mengalami "kesialan", sebut saja Dedi (bukan nama sebenarnya).

Pagi itu Dedi sampai di kantor dengan buru-buru. Jam di tangannya sudah menunjuk pukul 7.28, artinya Dedi hanya punya waktu 2 menit untuk meletakkan jarinya di alat absensi finger print sebelum dinyatakan terlambat masuk kantor. Dalam kondisi yang terburu-buru itu si Dedi memarkirkan motornya di tempat parkir sekaligus memasang gembok cakram.

Waktu berjalan terus hingga waktunya pulang kantor tiba. Di parkiran terlihat seseorang yang kebingungan membuka gembok cakram di motornya. Kebetulan motor si Dedi berada persis di sebelah si pemilik motor yang tidak bisa membuka gembok cakramnya, sebut saja Budi (bukan nama yang sebenar-benarnya).

"kenapa mas? rusak ya kuncinya?", tanya si Dedi pada si Budi dengan ramah.

"iya mas, ga tau nih ada yang iseng maen gembok motor orang"

"Oalah iseng banget tuh orang", sahut Dedi dengan tampang polos yang masih merasa tak bersalah sama sekali.

"Awas aja tuh orang kalo sampe ketemu", ujar si Budi geram.

"Lho kok motorku ga digembok ya? perasaan tadi pagi aku gembok deh", pikir Dedi dalam hati.

Hehehe, sudah tau kan siapa pelakunya? Ya, karena buru-buru ngejar absen, si Dedi ga sadar kalau yang digembok itu bukan motor miliknya, melainkan motor yang parkir di sebelahnya. Mendingan kabur aja deh Ded daripada digebukin ma tu orang. kabuuurrrr...ngaciiirrr...