Thursday 10 March 2016

PRINSIP 90/10 STEPHEN J COVEY

Seperti biasa sore ini aku pulang dari kampus menuju flat menggunakan kereta. Waktu yang kutempuh untuk pulang lumayan lama, sekitar 40 menit lah. Perjalanan yang cukup panjang ini sering aku manfaatkan untuk membaca, entah itu membaca koran, membaca ebook, atau sekedar membaca chat di Whatsapp. Banyaknya group Whatsapp yang aku ikutin membuatku seperti ga pernah kehabisan bahan bacaan, ada yang ngirim cerita dan gambar lucu, artikel kesehatan, sampai iklan madu murni, hehe. Contohnya sore ini, aku mendapatkan cerita yang sangat inspiratif dari sebuah group Whatsapp. Cerita ini mengenai prinsip 90/10 dari Stephen Covey.

Bagaimana prinsip 90/10 itu ?

- 10% dari hidup kita terjadi karena apa yang langsung kita alami.

- 90% dari hidup kita ditentukan dari cara kita bereaksi.

Apa maksudnya ?
Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari kondisi yang terjadi pada diri anda.

Contohnya :
Anda tidak dapat menghindar dari kemacetan. Pesawat terlambat datang dan hal ini akan membuang seluruh schedule anda. Kemacetan telah menghambat seluruh rencana anda.

Anda tidak dapat mengontrol kondisi 10% ini.

Tetapi beda dengan 90% lainnya. Anda dapat mengontrol yang 90% ini.

Bagaimana caranya? Dari cara reaksi anda !!

Anda tidak dapat mengontrol lampu merah, tetapi anda dapat mengontrol reaksi anda.

Marilah kita lihat contoh dibawah ini :
 
Kondisi 1

Anda makan pagi dengan keluarga anda. Anak anda secara tidak sengaja menyenggol cangkir kopi minuman anda sehingga pakaian kerja anda tersiram. Anda tidak dapat mengendalikan apa yang baru saja terjadi.

Reaksi anda :

Anda bentak anak anda karena telah menjatuhkan kopi ke pakaian anda. Anak anda akhirnya menangis. Setelah membentak, anda menoleh ke istri anda dan mengkritik karena telah menaruh cangkir pada posisi terlalu pinggir diujung meja.
 
Akhirnya terjadi pertengkaran mulut. Anda lari ke kamar dan cepat-cepat ganti baju. Kembali ke ruang makan, anak anda masih menangis sambil menghabiskan makan paginya. Akhirnya anak anda ketinggalan bis. Istri anda harus secepatnya pergi kerja. Anda buru-buru ke mobil dan mengantar anak anda ke sekolah. Karena anda telat, anda laju mobil dengan kecepatan 70 km/jam, padahal batas kecepatan hanya boleh 60 km/jam. Setelah terlambat 15 menit dan terpaksa mengeluarkan kocek Rp 600.000,- karena melanggar lalu lintas, akhirnya anda sampai di sekolah. Anak anda secepatnya keluar dari mobil tanpa pamit.
 
Setelah tiba di kantor dimana anda telat 20 menit, anda baru ingat kalau tas anda tertinggal di rumah.
 
Hari kerja anda dimulai dengan situasi buruk. Jika diteruskan maka akan semakin buruk. Pikiran anda terganggu karena kondisi di rumah. Pada saat tiba di rumah, anda menjumpai beberapa gangguan hubungan dengan istri dan anak anda.
 
Mengapa ? Karena cara anda bereaksi pada pagi hari.
 
Mengapa anda mengalami hari yang buruk ?

1. Apakah penyebabnya karena kejatuhan kopi ?

2. Apakah penyebabnya karena anak anda ?

3. Apakah penyebabnya karena polisi lalu lintas ?

4. Apakah anda penyebabnya ?

Jawabannya adalah No. 4 yaitu anda sendiri !!

Anda tidak dapat mengendalikan diri setelah apa yang terjadi pada cangkir kopi. Cara anda bereaksi dalam 5 detik tersebut ternyata adalah penyebab hari buruk anda.

Berikut adalah contoh yang sebaiknya atau seharusnya anda sikapi.
 
Kondisi 2
 
Cairan kopi menyiram baju anda. Begitu anak anda akan menangis, anda berkata lembut : "Tidak apa-apa sayang, lain kali hati-hati ya." Anda ambil handuk kecil dan lari ke kamar. Setelah mengganti pakaian dan mengambil tas, secepatnya anda menuju jendela ruang depan dan melihat anak anda sedang naik bis sambil melambaikan tangan ke anda.

Anda kemudian mengecup lembut pipi istri anda dan mengatakan : "Sampai jumpa makan malam nanti."

Anda datang ke kantor 5 menit lebih cepat dan dengan muka cerah menyapa staff anda. Bos anda mengomentari semangat dan kecerahan hari anda di kantor.

Apakah anda melihat perbedaan kedua kondisi tersebut ?

2 (dua) skenario berbeda, dimulai dengan kondisi yang sama, diakhiri dengan kondisi berbeda.

Mengapa ?
Ternyata penyebabnya adalah dari cara anda bereaksi !

Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari yang sudah terjadi. Tetapi yang 90% tergantung dari reaksi anda sendiri.

Ini adalah cara untuk menerapkan prinsip 90/10. Jika ada orang yang mengatakan hal buruk tentang anda, jangan cepat terpancing.

Biarkan serangan tersebut mengalir seperti air di gelas. Anda jangan membiarkan komentar buruk tersebut mempengaruhi anda.

Jika beraksi seadanya atau salah reaksi maka akan menyebabkan :
Kehilangan teman, dipecat, stress dan lain-lain yang merugikan.

Bagaimana reaksi anda jika mobil anda mengalami kemacetan dan terlambat masuk kantor? Apakah anda akan marah? Memukul stir mobil? Memaki-maki? Apakah tekanan darah anda akan naik cepat?

Siapa yang peduli jika anda datang telat 10 detik? Kenapa anda biarkan kondisi tersebut merusak hari anda?
 
Cobalah ingat prinsip 90/10 dan jangan khawatir, masalah anda akan cepat terselesaikan.

Contoh lain :

- Anda dipecat.
Mengapa anda sampai tidak bisa tidur dan khawatir? Suatu waktu akan ada jalan keluar. Gunakan energi dan waktu yang hilang karena kekhawatiran tersebut untuk mencari pekerjaan yang lain.

- Pesawat terlambat.
Kondisi ini merusak seluruh schedule anda. Kenapa anda marah-marah kepada petugas tiket di bandara? Mereka tidak dapat mengendalikan terhadap apa yang terjadi. Kenapa harus stress? Kondisi ini justru akan memperburuk kondisi anda. Gunakan waktu anda untuk mempelajari situasi, membaca buku yang anda bawa, atau mengenali penumpang lain.

Sekarang anda sudah tahu prinsip 90/10. Gunakanlah dalam aktivitas harian anda dan anda akan kagum atas hasilnya. Tidak ada yang hilang dan hasilnya sangat menakjubkan.

Sudah berjuta-juta orang menderita akibat stress, masalah berat, cobaan hidup dan sakit hati yang sebenarnya hal ini dapat diatasi jika kita mengerti cara menggunakan prinsip 90/10.
Semoga bermanfaat

ENJOY YOUR LIFE! NIKMATILAH HIDUP INI !!

Tuesday 8 March 2016

Master Chef London

The power of kepepet, mungkin istilah ini udah sering kamu denger ya. Aku sih pernah baca buku dengan judul yang sama, yang intisarinya kita bisa karena kita dihadapkan pada posisi yang mengharuskan kita bisa. Istilah kepepet sebenernya ga cocok-cocok amat sih ama yang sedang aku alami sekarang. Aku sebenernya punya banyak pilihan untuk bisa bertahan hidup di kota besar seperti London, ga bakal kekurangan makan maupun minum. Permasalahannya adalah tega ga buat keluarin kocek £5-10 sekali makan? Coba kamu konversi ke rupiah (lagi-lagi konversi, hahaha). Lagipula kebanyakan makanan di sini hambar dan ga sesuai selera orang Indonesia. 

Kondisi inilah yang memaksaku untuk bisa membuat makanan yang sesuai seleraku sendiri. 

"Kamu bisa masak?"

Ya klo sekedar masak buat makan sendiri sih rasanya ga kalah ama pemenang master chef junior lah. Belajar dari youtube, internet, dan sisanya nanya ke mama. Bedanya di London, rempah-rempah dan bumbu yang dibutuhkan kadang tidak mudah didapatkan. Jadi harus pintar-pintar mencampur bumbu-bumbu yang kita punya supaya rasanya ga beda jauh dengan yang aslinya.

Bereksperimen dengan bahan-bahan yang ada itu menyenangkan lho. Ini nih beberapa diantara hasil kreasi chef Adi di London.

 Bakso sapi

 Sop Sosis

 Sop Jagung

Bakwan Jagung dan Telor Balado

Telur Kecap

Ayam goreng crispy

Soto ayam

 Ayam goreng tepung saus lemon

Pancake

Tuesday 1 March 2016

Wisata Gratis Keliling Stadion Bola di London


Kalo orang ditanya apa alasan mau sekolah di Inggris, salah satunya mungkin biar bisa nonton bola Premier League langsung di stadionnya. Tapi pernah tau ga berapa harga tiket buat nonton langsung di stadion? Hmm buat kamu pecinta salah satu klub di Liga Inggris mungkin rela membayar berapa pun harga tiket demi nonton idolamu langsung di stadion. Namun buat kamu yang ga ngefans-ngefans banget ama bola, kira-kira rela ga ya ngerogoh kantong penumpang di bis, eh maksudnya ngerogoh kocek sendiri buat nonton bola di stadion.

Harga tiket di Emirates Stadium markas klub The Gunners Arsenal bervariasi antara £31 paling murah hingga £97 per orangnya. Hmm Coba deh dikonversi ke rupiah, hahaha lagi-lagi disuruh konversi. Nah beda lagi dengan di Stamford Bridge markas Chelsea FC. Harga tiket termurah di Stamford Bridge untuk musim 2015/2016 £36 dan paling mahal £87.


Buat kamu yang kebetulan ga suka nonton bola dan cuma pengen foto-foto di dalam stadion, kamu bisa ikut tour stadium sekaligus masuk ke museum sepak bola yang biasanya dijual sepaket. Kamu bisa masuk ke dalam stadion dan merasakan aura stadion meskipun tanpa suara penonton, adanya suara jangkrik krik krik krik... hehehe emang di London ada jangkrik. Oh iya tapi kamu tetap harus bayar lho meskipun ga ada pertandingan bola, namanya juga bisnis, segala sudut kota menjadi tempat bermainnya sinchan eh maksudnya menjadi ladang bisnis buat mereka. Harga tiket di Emirates stadium £20 untuk dewasa dan £10 untuk anak-anak. Kalau di Stamford Bridge ga beda jauh sama Emirates, £19 untuk dewasa dan £13 untuk anak-anak.
 
Mau yang gratisan? Nah kata gratis ini nih yang pasti menarik buat kamu. Iya beneran gratis. Foto-foto aja di luar stadion. Yang penting eksis dan bisa cerita ke temen kalo kamu udah nyampe di Inggris. Selain itu, kamu juga bisa masuk ke toko souvenir yang menjajakan berbagai macam aneka cindera mata khas Klub bola, diantaranya jersey, tas, bola, bolpoin, gelas, gantungan kunci, dan lain-lain. Tapi inget, yang gratis ya cuma buat liat-liat doang. Kalo mau bawa pulang souvenirnya ya bayar lah.

Monday 29 February 2016

Kuliah di London atau Beijing

Kerjarlah ilmu sampai ke negeri Cina, Lha kenapa orang Cina malah ngejar ilmu sampai ke London? Ini beneran lho, hampir 90% mahasiswa master jurusan akuntansi di The University of Liverpool in London adalah mahasiswa berasal dari Tiongkok. Pertama kali upload foto bareng-bareng temen sekelas, komentar yang keluar adalah..... kamu sekolah di Beijing apa London sih Di? hahaha

Bayangan pas kuliah di London kan temen-temennya bule, eh ini kok enggak. Waduh salah masuk kampus deh aku. Selidik punya selidik, ga cuma di kampusku lho yang begini. Hampir sebagian besar kampus di UK, klo jurusannya bisnis, ekonomi, atau akuntansi, mayoritas mahasiswanya ya dari asia timur alias RRT.





Jadi Warga London untuk Sementara

Aku ga pernah berpikir sebelumnya untuk bersekolah ke luar negeri. Aku pun sampai sekarang seperti ga percaya kalo aku kuliah di London. Ya London, ibukota Inggris. Selain aku ga suka yang namanya bahasa asing (bilang aja ga bisa bahasa Inggris hehe), aku juga udah lama banget meninggalkan bangku sekolah. Otakku ini udah ga mau diajak lari alias kaku. Gimana enggak, selama 6 tahun setelah lulus dari kuliah S1, aku sama sekali ga pernah buka buku akuntansi, di kerjaan pun ga kepake tuh ilmu akuntansi, kalopun kepake itu pun jarang banget iya jaraaang banget karena aku berkutat seputar administrasi doang. Bisa bayangin kan gimana galaunya aku waktu itu, tapi mungkin inilah jalan terbaik yang harus aku lalui. Aku mendapatkan kesempatan yang mungkin ga semua orang bisa dapetin. Bersyukur iya, tapi tetap bertanya-tanya dalam hati terus, bener deh kenapa aku bisa ya. Ah sudah lah, lamunan itu ga bisa menjawab pertanyaanku ini. Mungkin hanya dengan menjalani, aku bisa mendapatkan jawabannya. Istriku pernah bilang kita ga akan pernah tau kalo apa yang kita alami ini adalah indah ketika kita belum menjalaninya, kita akan tau semua ini indah ketika kita sudah di depan dan seperti mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kenapa begini kenapa begitu. Aku percaya bahwa apa yang aku terima saat ini adalah hasil dari perbuatanku masa lalu dan aku selalu mempercayai bahwa setiap hal yang aku terima saat ini adalah hasil terbaik bagiku yang harus aku jalani dengan rasa bahagia.

Aku ga punya siapa-siapa di London, bahkan aku ga tau London itu kotanya seperti apa. Aku cuma tau ada Big Ben aja di London, hehe.. Beruntung awal kedatanganku di London, disambut sama ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) London. Beliaulah yang menjemputku di bandara. Sepanjang perjalanan dari bandara naik kereta bawah tanah ke penginapan Wisma Siswa, tempat menginap sementara yang sudah aku booking ketika masih di Indonesia, beliau banyak bercerita kehidupan di London dan cara-cara untuk bertahan hidup di tengah hiruk pikuk kota besar. Makasih banget mbak Dorothy, berkat beliaulah saya ga merasa seperti tarzan masuk kota.

Hari-hari awal di London aku habiskan untuk mencari tempat tinggal permanen. Hampir 2 minggu blom juga dapet flat yang cocok dan sesuai budget. Lebih ke budget sih, hehe, beneran deh, bayar sewa kamar sebuan di London bisa buat bayar sewa apartemen 2BR di Jakarta 6 bulan. Gile benerrr..

Selain harga akomodasi yang selangit, harga makanan di London menurutku juga aje gile. Menurutku sih.. hehe, soalnya kebiasaan makan di warteg cuma abis 10rb dah kenyang banget. Buat sekali makan sederhana di sini bisa menguras kocek 5-6 pounds. Kalo di konversi dengan rupiah saat itu 22rb, hmm 130rb sekali makan, itupun rasanya di bawah standar kesukaanku. Aku terbiasa makan makanan yang spicy, berbumbu tajam dan pedas, di sini makanannya hampir ga ada rasa, banter-banter rasa asin yang samar-samar. 

Ngomong-ngomong soal konversi pound ke rupiah, sampai saat ini aku masih sering ngelakuinnya. Padahal kata temen-temen yang udah lama tinggal di London, jangan ngelakuin itu lagi. Klo kita masih convert mata uang, kita ga akan tega beli makan atau beli apapun di sini. Bagi orang London, harga sandwich 2.5 pound itu udah murah banget, tapi coba deh lo konversi ke rupiah, 50rb lebih kan. us, udah dibilang jangan convert ke rupiah.. hehehe. Anggap aja 1 pound itu 1rb rupiah, kata temenku. Jadi kita ga ngerasa ngeluarin uang banyak pas mau beli apa-apa. Tapi jujur, tetep aja ga bisa, bagaimanapun otak ini otomatis ngebandingin. Contohnya nih, waktu itu aku mau beli sayur bayam, harganya 2 pounds, berarti anggap aja Rp2rb kan? Hmm.. ga bisa, aku tetep ga tega beli bayam seiket Rp40rb, hahaha...

 Parlianment Building atau yang lebih dikenal dengan Jam Big Ben

 Buckingham Palace

 London Bridge