Wednesday 29 December 2010

bahan bakar kereta api apa ya?


Waktu untuk berliburan di Jogja sudah habis, tiba saatnya kembali ke kota megapolutan, Jakarta. Aku naik kereta senja utama Jogja. Di tengah perjalanan, aku mendengar celetukan dari salah seorang penumpang lain yang bertanya pada temannya.

"eh, bahan bakar kereta api tu apa ya?"

"bahan bakarnya ya api", jawab salah satu temannya.

Kira-kira apa hayo bahan bakar kereta api?

Ya Anda benar. bahan bakar kereta api saat ini adalah SOLAR. Udah ga jamannya lagi kereta berbahan bakar kayu bakar. Kereta berbahan bakar kayu bakar itu masih ada di museum kereta Ambarawa. Kereta itu masih beroperasi untuk tujuan wisata.

Kok ga pada turun ya penumpangnya

Masih cerita mengenai perjalananku ke Jogja tanggal 23 Desember 2010 kemarin. Keretaku dijadwalkan sampai Stasiun Tugu Jogja pukul 05.17, tapi hingga pukul 8 belum juga sampai di tempat tujuan.

"wah kok lama banget ya sampainya"

pukul 8.18 akhirnya sampai juga di stasiun tugu. Aku agak santai untuk keluar kereta karena emang ini stasiun tujuan akhirku.

"sudah sampai Jogja kok orang-orang ga ada yang turun ya?"pikirku dalam hati.

Sambil berjalan keluar kereta aku baru tersadar.

"oh iya ya, aku kan naik senja utama solo"

Mereka masih melanjutkan perjalanan sampai tujuan akhir stasiun Solo Balapan.

Tiketku jatuh ke lubang WC

Perjalananku menuju Jogja malam itu terasa panjang sekali. Ga bisa tidur di kereta. Badan terasa pegal banget. Ini karena paginya sebelum berangkat aku dan beberapa kawan kantor melakukan lari-lari pagi di Taman Tebet. Hasilnya kaki dan badanki jadi pegal deh.

"permisi pak, tiketnya", sapa kondektur kereta memeriksa tiket.

"ini pak", sambil terkantuk-kantuk karena ga bisa tidur aku serahkan tuh tiketnya.

"terima kasih", kata pak kondektur sambil mengembalikan tiket.

Kebelet kencing nih. kencing dulu ah. Biasanya di kereta selalu ada peringatan begini: "gunakan toilet ketika kereta jalan". Peringatan itu bukan tanpa alasan. Lubang toilet di kereta kan langsung dibuang keluar kereta tanpa ada penampungnya.

Tentu saja peringatan itu aku patuhi. Kereta ketika itu berjalan ngebut. Ketika di dalam toilet aku tanpa sengaja menjatuhkan secarik kertas ke lubang WC dan hilang keluar kereta.

"waduh kertas apa ya tadi", pikirku penasaran

"Wah tiketku kabur", pikiranku mulai mengarah ke hal-hal yang membuat aku takut.

"nanti kalau diperiksa lagi gimana ya", rasa takut itu muncul makin jelas.

"ah sudah lah, semoga aja nggak diperiksa lagi, lagi pula belom pernah diperiksa dua kai kok", kataku dalam hati menenangkan.

Sampai di stasiun kutoarjo ketakutanku itu benar-benar terjadi.

"maaf mas, tiketnya", tanya si kondektur

Glek.. gimana nih.

"kemarin kan sudah diperiksa pak, saya lupa taruh di mana", kilahku, sambil pura-pura sibuk mencarinya ke semua kantong. padahal aku dah tau kalu jatuh di toilet. hihihi...

"Ya sudah ga apa-apa mas", kata si kondektur.

Haduh leganya hati ini. untung aja ga disuruh turun atau kena denda.

Buat para anker alias anak kereta, mohon untuk tidak teledor menyimpan tiket kereta, meskipun sudah diperiksa. Kondektur bisa saja memeriksa tiket dua kali seperti cerita saya di atas.

Peluang bisnis di kereta

Fiuh lega juga, akhirnya bisa sampai stasiun lebih awal. Lebih baik menunggu daripada tertinggal kereta. 30 menit berselang, kereta senja utama solo tiba di stasiun Jatinegara. Kereta ini berangkat dari stasiun pasar senen dan menempuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai di Jatinegara.

Biasanya di dalam kereta ada petugas yang menawarkan sewa bantal. Maklum kereta bisnis. Jangankan bantal, selimut pun tidak dipinjami.

Nah ngomong-ngomong soal selimut, ternyata itu menjadi peluang bisnis tersendiri bagi si petugas. Ya benar, sekarang bukan cuma bantal aja yang disewakan, selimut juga disewakan. laris manis lho. biaya sewanya cuma 4000 rupiah. Murah kan? tapi jangan harap dengan mudah bisa mendapatkannya. Jumlahnya yang cuma sedikit itu sering kali membuatku ga kebagian.

Melihat tingginya minat penumpang yang ingin menyewa, sebaiknya petugas bisa menambah jumlah selimut dan bantal yang disewakan.

Tuesday 28 December 2010

Ojekku atau bukan ya

Tanggal 23 Desember 2010 pukul 16.00 di kantor.

"mbak ari, aku minta tolong pesenin ojek ya buat ntar malam j19.30 ke Jatinegara"

"oke, nanti sama mas Rian ya"

"oke mbak, makasih ya"

Kira-kira begitulah bunyi smsku sama mbak ari, penjaga kosku yang selalu setia bila ada anak kos meminta bantuan, buat manggilin ojek langganan. Aku mau pulang ke Jogja malam ini naik kreta senja utama Solo pukul 20.30.

Sepulang kantor aku langsung bersiap dan tentu saja ga lupa berdoa.

Udah jam 19.15, saatnya berangkat. Aku membawa 1 tas ransel dan 1 tas jinjing. Dengan langkah yang semangat, aku berjalan ke depot air isi ulang di depan kos, tempat mangkalnya si abang ojek. Nah dari sinilah cerita itu bermula.

"mas Rian, jadi kan nganter saya?"

"enggak mas, sama mas budi ya", kata mas Rian yang bersiap untuk pulang ke rumahnya.

Kebetulan emang mas budi juga stand by di sana. Naiklah aku ke ojeknya mas Budi.

Sesampai di jalan.

"naik kreta apa mas?"tanya mas Budi.

"Naik kreta bisnis mas, Senja utama Jogja", jawabku.

"Wah kalo musim libur gini rame banget ya"

"Ya, moga-moga ga rame bangetlah. lho, mas kok tumben (ga biasanya) lewat sini?" memang sore itu si abang ojek tak melewati jalan yang biasanya dia lalui pas nganter aku ke Jatinegara.

"kan mau ke Gambir mas katanya tadi?"

"ke Gambir? enggak kok, aku ga bilang ke gambir, kretaku berenti di Jatinegara mas. kan tadi saya bilang kreta bisnis, kreta bisnis mana ada di Gambir."

"Oo saya taunya mau nganter ke Gambir"

"enggak mas, yauda gapapa muter di depan situ aja"

Kebetulan emang belom jauh-jauh amat dari jalan menuju Jatinegara. Di tengah-tengah perjalanan menuju Jatinegata, tiba-tiba, kriiing...

"halo? ini siapa ya?" tanya mas Budi setelah hapenya bunyi di jalan.

"(si penelpon ngomong apa ga ngerti)"

"Lho, mas masih di depot air?"

"(si penelpon ngomong lagi)"

"Trus sapa nih yang saya anter? Wah salah orang deh. Gimana nih, di situ masih ada mas bambang kan? maaf ya mas"

"kenapa mas? bukan saya ya yang harusnya dianter?"tanyaku.

"iya mas, harusnya mas aris, kirain situ namanya aris"

"bukan mas, makanya saya td ngerasa agak aneh, kok mas budi taunya nganter ke Gambir."

Si Aris tu temen kuliah, temen kantor, tetangga di Jogja, sekaligus tetangga kosku juga. Kebetulan dia juga mau pulang ke Jogja, tapi naik di Gambir. Tau sendiri lah kalo lewat Gambir berarti naik kereta eksekutif. Takutnya gara-gara aku, dia malah telat lagi sampe di Gambir. Bisa berabe nih aku dikira ngerebut ojek orang.

Haduh repot juga ya kalo kejadian ini terjadi ama diriku, bisa panik banget. Untung aja si Aris masih dapet tukang ojek lainnya. Kalo enggak bisa merasa bersalah 2 kali nih. Ya sesampainya di Jatinegara aku langsung sms si Aris buat minta maaf, aku ga ada maksud sedikit pun buat ngerebut ojeknya. Ini cuma masalah salah paham.